PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Rabu, 29 September 2010

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

Dr. Suparyanto, M.Kes

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

APA ITU DESIGN RESEARCH
  • Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian
  • Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi, sample, sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan

MACAM DESIGN RESEARCH

Berdasar tujuannya, rancangan penelitian dibedakan:
  1. Eksploratif
  2. Deskriptif
  3. Analitik
  4. Eksperimental

  • Rancangan Penelitian Eksploratif: digunakan untuk menelusuri kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel yang belum pernah diketahui
  • Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah (variabel Orang, Tempat, Waktu)
  • Rancangan penelitian Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan, hubungan atau pengaruh
  • Rancangan Penelitian Eskperimen: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti
  • Pendekatan Cross sectional atau Transversal atau studi Prevalensi adalah penelitian yang dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan obyek studi hanya dilakukan sekali
  • Pendekatan Longitudinal / Time series à Penelitian yang dilakukan pada periode waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal sampai waktu yang ditentukan secara berurutan

BEDA RANCANGAN PENELITIAN OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL

  • Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti
  • Penelitian ekperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan intervensi pada variabel sebab yang akan diteliti

PENDEKATAN PENELITIAN OBSERVASIONAL

Pada penelitian observasional dibedakan tiga pendekakan:
  1. Cross Sectional
  2. Cohort / Prospektif
  3. Retrospectif / Kasus Kontrol

PENDEKATAN CROSS SECTIONAL

  • Penelitian Analitik Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan
  • Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas dan variabel tergantung maupun tidak
  • Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
  • Jika penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional, maka populasinya adalah:
  • Semua Wanita Usia Subur (baik yang ikut depo provera maupun tidak, serta baik yang obesitas maupun tidak)
  • Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel sekaligus
  • Setiap responden (WUS), dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami obesitas atau tidak

BAGAN DESIGN ANALITIC RESEARCH CROSS SECTIONAL

PENDEKATAN COHORT

  • Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah penelitian dimana pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung (akibat)
  • Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai kriteria variabel sebab (sebagai kelompok studi)
  • Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai kriteria variabel sebab
  • Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
  • Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah:
  • Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok studi)
  • Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak menggunakan Depo Propera
  • Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab maupun kelompok akibat
  • Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan menggunakan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK COHORT

PENDEKATAN RETROSPEKTIF

  • Penelitian Analitik dengan pendekatan retrospektif adalah penelitian dimana pengambilan data variabel akibat (dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diukur varibel sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu, misalnya setahun yang lalu, dengan cara menanyakan pada responden
  • Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
  • Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya adalah:
  • Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok studi)
  • Sedang kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak mengalami obesitas

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK RETROSPEKTIF

DESAIN EKSPERIMENTAL

  • Penelitian Eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan interventi terhadap varibel sebab yang akan diteliti
  • Desain Esperimental dibagai tiga:
  1. Pra Eksperimental
  2. Quasy Experiment
  3. True Experiment

DESAIN PRA EKSPERIMENT

  • Desain Pra Eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondon tidak dilakukan randomisasi
  • Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
  • Populasi: semua ibu hamil
  • Pre Test
  • Intervensi: penyuluhan
  • Post Test
  • Hasil Pre Test dan Post Test dibandingkan dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PRA EKSPERIMEN

DESIGN QUASY EXPERIMENT

  • Design Quasy Experiment adalah penelitian eksperimental dimana pada penelitian ini sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum dilakukan secara randomisasi
  • Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
  • Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol
  • Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi penyuluhan
  • Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN KUASI EKSPERIMEN

TRUE EXPERIMENT DESIGN

  • True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
  • Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
  • Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol, dimana pengambilan dilakukan secara randomisasi
  • Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi penyuluhan
  • Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan kelompok kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN EKSPERIMEN MURNI


REFERENSI
  1. Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC
  2. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 1 (statistik Deskriptif), Jakarta, Bumi Aksara
  3. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 2 (statistik Infereansif), Jakarta, Bumi Aksara
  4. Nasution, 2004, Metode research (penelitian Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara
  5. Silalahi, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo, Citramedia
  6. Tjokronegoro, 2004, Metologi Penelitian Bidang kedokteran, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rabu, 08 September 2010

PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION

Dr. Suparyanto, M.Kes

PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION

Pengertian Seksual Menyimpang
  • Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
  • Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. 
  • Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010)
  • Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008)
  • Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan, 2002)
  • Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.

Faktor-faktor Penyebab:

a.. Masalah seksualitas remaja timbul karena faktor-faktor berikut:

1). Meningkatnya libido seksualitas
  • Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
2). Penundaan usia perkawinan
  • Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
  • Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti ciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.
3). Tabu-larangan
  • Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada dorongan-dorongan naluri di dalam “id”. 
  • Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada dalam “super ego”, sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka. 
  • Karena remaja (dan juga banyak orang dewasa) pada umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sulit diajak berdiskusi tentang seks, terutama sebelum ia bersenggama untuk yang pertama kalinya. 
  • Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.
4). Kurangnya informasi tentang seks
  • Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman.

5). Pergaulan yang makin bebas
  • Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2002).

b. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu:

  1. Waktu /saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya.
  2. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
  3. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam.
  4. Hubungan antar mereka makin romantis.
  5. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.
  6. Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik.
  7. Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya yang ekonomin lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntunan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
  8. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi.
  9. Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kemantapannya, misal mereka ingin menunjkkan bahwa mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya.
  10. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat.
  11. Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh dan mana tidak boleh.
  12. Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik.
  13. Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
  14. Penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
  15. Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
  16. Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi/seksual (Soetjiningsih, 2007).

Macam-macam penyimpangan seksual
  • Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:
a). Gangguan identitas jenis
  • Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:
1. Transeksualisme
  • Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
2. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
  • Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.
3. Gangguan identitas jenis tidak khas
  • Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).
b). Parafilia
  • Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
Dapat dilihat dari tiga kategori :

1. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
  • Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya
  • Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada pasangan seksnya.
  • Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
  • Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual.
  • Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang.
  • Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari lawan jenisnya.
  • Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual melalui anus
  • Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada genitilia partnernya

2. Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang
  • Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan dengan anak-anak.
  • Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang
  • Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari binatang
  • Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan mayat.
  • Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal.
  • Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis.
  • g.Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.
  • Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu darah.
  • Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan urine.
  • Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya sendiri.

3. Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual :
  • Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.
  • Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.
  • Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.
  • Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.

c). Disfungsi Psikoseksual
  • Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
1. Hambatan selera seksual
  • Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.
2. Hambatan gairah seksual:
  • Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia).
  • Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas).

3. Hambatan orgasme wanita
  • Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
4. Hambatan orgasme pria
  • Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
5. Ejakulasi prematur
  • Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.
6. Dispareunia fungsional
  • Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita.
7. Vagina fungsional
  • Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama.

d). Ganguan seksual pada remaja
  • Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti vaginismus. 
  • Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat dorongan seksual karena status yang belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.

Akibat dari perilaku seksual menyimpang
  • Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2001).
  • Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati, 2006).
  • Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS.
  • Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010).
1). Gonorea
  • Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
2). Sifilis
  • Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum.
3. Herpes
  • Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes simpleks.
4). Klamidia
  • Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.
5). Candida
  • Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
6). Chancroid
  • Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.
7). Granuloma inguinale
  • Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
8). Lymphogranuloma venereum
  • Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
9). AIDS
  • AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno Deficiency” Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.
10). HIV
  • HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
11). ARC
  • ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”, menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya.
12). Scabies
  • Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”. Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat.
13). PID
  • Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”, yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia.
14). Trichomonas infection
  • Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut.
15). Venereal warts
  • Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Abdullah. 2008. Penyimpangan Seksual. http://www.diffy.com/cmm/artikel definisi.penyimpangan1.html. Diakses tanggal: 11-07-2010. Jam: 13.32 WIB
  2. Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depdiknas.
  3. Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
  4. Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
  5. Mahmud, Farhan. 2002. Penyimpangan Seksual. www.google.com /seksmenyimpang. Diakses tanggal: 09-07-2010. Jam: 19.13 WIB
  6. Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Yogyakarta: Tugu Publisher.
  7. Rahmad, S. 2010. Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN. http://bkkbn.go.id. diaksers tanggal: 24-06-2010. Jam: 08.28 WIB
  8. Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  9. Singgih, Gunarsa. 2004. Psikologi Untuk Muda-Mudi. Jakarta: IKAPI
  10. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
  11. Willis, Sofyan. 2005. Remaja Dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.

PARTOGRAF

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP PARTOGRAF

Pengertian
  • Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
  1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
  2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
  1. Mencatat kemajuan persalinan.
  2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
  3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
  4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
  5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Penggunaan Partograf
  1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit.
  2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
  3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
  4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
  1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
  2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
  3. Nadi: setiap 1/2 jam
  4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
  5. Penurunan: setiap 4 jam
  6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
  7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
  • Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1). Informasi tentang ibu:
  • Nama, umur.
  • Gravida, para, abortus (keguguran).
  • Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
  • Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
  • Waktu pecahnya selaput ketuban.
2).Kondisi janin:
  • DJJ;
  • Warna dan adanya air ketuban
  • Penyusupan (molase) kepala janin

3).Kemajuan persalinan:
  • Pembukaan serviks
  • Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
  • Garis waspada dan garis bertindak
4).Jam dan waktu:
  • Waktu mulainya fase aktif persalinan
  • Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5).Kontraksi uterus:
  • Frekuensi dan lamanya
6).Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
  • Oksitosin
  • Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7).Kondisi ibu:
  • Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
  • Urin (volume, aseton atau protein)
8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat temuan Partograf
1. Informasi tentang ibu
  • Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2). Kesehatan dan kenyamanan janin
  • Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a). Denyut jantung janin
  • Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
  • Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b). Warna dan adanya air ketuban
  • Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
  1. U : Ketuban utuh (belum pecah)
  2. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
  3. M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
  4. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
  5. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
  • Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

c). Molase (penyusupan kepala janin)
  • Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
  • Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
  • Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
  • 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
  • 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
  • 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
  • 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3). Kemajuan Persalinan
  • Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
  • Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
  • Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
  • Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
  • Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
  • Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. 
  • Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.). 
  • Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. 
  • Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan per¬salinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4). Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
  • Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
  • Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. 
  • Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. 
  • Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. 
  • Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
  • Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
  • Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
  1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
  2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
  3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
  • Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
  • Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
  • Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
  • Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
  • Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
  1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai ().
  2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
  3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

b. Volume urin, protein atau aseton
  • Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.

8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
  • Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
  • Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
  1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
  2. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
  3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
  4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
  5. Upaya Rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
  • Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). 
  • Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. 
  • Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai. 
  • Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
  1. Data dasar
  2. Kala I
  3. Kala II
  4. Kala III
  5. Bayi baru lahir
  6. Kala IV
Cara pengisian:
  • Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
  • Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
  • Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
  • Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
  • Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
  • Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
  • Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
  1. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG
  2. JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO
  3. Saifuddin Abdul Bari, 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  4. Menteri Kesehatan, 2009. Temu Kader Posyandu : Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
  5. Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
  6. Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang: Jawa Pos (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)

KONSEP REMAJA 1

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR REMAJA

Pengertian
  • Dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan adolesen. 
  • Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. 
  • Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolesen, dulu merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan psikososial yang menyertai pubertas. 
  • Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada pubertas, disebut sebagai pacu tumbuh adolesen (adolescent growth spurt).

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu:
  1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah: bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
  2. Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
  3. Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
  4. Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
  5. Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
  6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2007).

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa :
  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
  2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
  3. Terjadi perubahan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002).

Tahap Perkembangan Remaja
  • Menurut Soetjiningsih, 2007. Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
  1. Masa remaja awal/dini (early adolescence), Umur 11-13 tahun.
  2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence), Umur 14-16 tahun.
  3. Masa remaja lanjut (late adolescence), Umur 17-20 tahun.

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja sebagai berikut:

1). Remaja awal (early adolescence)
  • Seorang remaja pada tahap ini akan terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2). Remaja madya (middle adolescence)
  • Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya.
3).Remaja akhir (late adolescence)
  • Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
  1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
  2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.
  3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
  4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
  5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) (Sarwono Sarlito, 2002).

Tumbuh Kembang Remaja
  • Antara usia 10 dan 15 tahun tubuh anak-anak mulai berubah menjadi tubuh seorang dewasa bukan hanya perubahan psikologis tetapi perubahan fisik, bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akhibat dari perubahan-perubahan fisik itu.
  • Diantara perubahan-perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.
  • Tanda-tanda seksual sekunder pada perempuan, misalnya: pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, pertumbuhan payudara kadang disertai rasa nyeri atau tidak sama besar tumbuhnya, tumbuh bulu halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, menstruasi pada setiap bulan, tumbuh bulu pada ketiak dan panggul mulai melebar). Sedangkan pada laki-laki pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus`dan berwarna gelap, terjadi perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak dan bulu dada.
  • Perubahan-perubahan fisik itu, menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya atau pembesaran payudara yang cepat membuat remaja merasa tersisih dari teman-temanya. Demikian dalam menghadapai haid dan ejakulasi yang pertama anak-anak remaja itu mengadakan penyesuaian-penyusuaian tingkah laku yang tidak selalu bisa dilakukan dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan dari orang tua.
  • Beberapa proses faal (fisiologis) yang mempengaruhi pertumbuhan tubuh remaja, khususnya pertumbuhan seksual yaitu hormon-hormon seksual, dari kelenjar bawah otak (pituitary) hormon-hormon yang dikeluarkan meliputi (1) hormon pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan badan, (2) hormon perangsang pada pria, yaitu hormon yang mempengaruhi testis, (3) hormon pengendali pada wanita yang mempengaruhi indung telur (ovarium) untuk memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesteron, serta (4) hormon air susu yang mempengaruhi kelenjar wanita (Sarwono, 2002).
Ciri-ciri Remaja
  • Orang tua perlu memahami ciri-ciri remaja, agar dapat menjalani komunikasi dengan remaja tanpa hambatan. Adapun ciri-ciri remaja yang penting untuk diketahui:
1. Mengalami Krisis Identitas
  • Remaja banyak mengalami perubahan, baik secara psikis maupun fisik. Perubahan ini banyak yang tidak diketahui oleh remaja sehingga mereka selalu bertanya siapakah dirinya sebenarnya, masih tergolong anak-anak atau dewasa.
2.Ingin Cepat Mandiri
  • Remaja ingin menjadi cepat dewasa, mesti secara kejiwaan mereka belum matang, namun secara fisik mungkin sudah sama dengan orang dewasa. Dalam hal-hal tertentu mereka masih perlu bimbingan, dilindungi dan diberi pandangan baru.
3. Ingin Kelihatan Tegar dan Stabil
  • Kadang-kadang remaja menunjukkan tingkah laku berlebihan, sehingga dari kacamata orangtua dinilai keras kepala, menolak kerja sama disertai emosi yang labil.
4. Sering Berkumpul Dengan Teman Sebaya
  • Ini merupakan dorongan sebagai makluk sosial yang pada remaja mencapai puncaknya. Dorongan berkumpul dengan teman sebaya merupakan hal yang baik, asal tujuannya jelas.
5. Membentuk Budaya Kelompok
  • Dengan kelompoknya remaja ingin tampil beda, yang diwujudkan dengan cara berpakaian, penampilan, hobi dan bahasa yang digunakan. Hal ini kadang dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan sulit untuk dipahami, terlebih jika mereka membentuk sistem nilai yang sudah bergeser dengan sistem nilai yang ada (Kushartati, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depdiknas.
  2. Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
  3. Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
  4. Mahmud, Farhan. 2002. Penyimpangan Seksual. www.google.com /seksmenyimpang. Diakses tanggal: 09-07-2010. Jam: 19.13 WIB
  5. Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Yogyakarta: Tugu Publisher.
  6. Rahmad, S. 2010. Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN. http://bkkbn.go.id. diaksers tanggal: 24-06-2010. Jam: 08.28 WIB
  7. Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  8. Singgih, Gunarsa. 2004. Psikologi Untuk Muda-mudi. Jakarta: IKAPI
  9. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
  10. Willis, Sofyan. 2005. Remaja Dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.

KANKER PAYUDARA

Dr. Suparyanto, M.Kes

KANKER PAYUDARA

Pengertian
  • Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara (Kardinah, 2005).
  • Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara, jika benjolan tersebut tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat menyebabkan kematian (Tapan E, 2005).

Etiologi
  • Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti yang terus bermunculan dan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui (Suddart B, 2005).
  • Sampai saat ini penyebab pasti dari kanker payudara masih belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa faktor risiko yang lebih memudahkan seseorang untuk mendapatkan kanker payudara, yaitu :
  1. Pernah mempunyai riwayat tumor atau kanker payudara
  2. Mempunyai keluarga (ibu, saudara perempuan ibu atau anaknya) yang pernah menderita kanker payudara
  3. Mendapatkan haid yang pertama sebelum usia 12 tahun
  4. Tidak menikah
  5. Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun
  6. Menikah tetapi tidak pernah melahirkan anak
  7. Tidak menyusui
  8. Menopause setelah usia 50 tahun
  9. Mengalami radiasi sebelumnya pada payudara
  10. Cenderung kelebihan berat badan
  11. Pernah mendapatkan terapi obat hormon pengganti
  12. Konsumsi alkohol yang berlebih
  13. Sering menghadapi stress atau goncangan jiwa (Putri N, 2009)

Tanda dan gejala kanker payudara
  • Payudara selalu berubah dalam kehidupan seorang wanita seiring dengan meningkatnya usia seseorang. Perlu diketahui bahwa payudara normal dan tidak normal dapat ditemukan tanda-tanda awal terjadinya kanker payudara yaitu :
  1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
  2. Perubahan ukuran atau bentuk pada payudara
  3. Pembengkakan atau benjolan yang tetap di payudara atau sekitar ketiak
  4. Perubahan warna atau perubahan kulit payudara, areola dan putting (kerutan, lipatan)
  5. Bentuk atau arah putting berubah, misalnya putting susu tertekan kedalam (Putri N, 2009)

Pencegahan penyakit kanker payudara
  • Ada langkah-langkah tertentu yang setiap wanita dapat melakukannya untuk membantu mengurangi kemungkinan berkembangnya kanker payudara. Berikut beberapa tips yang dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara :
1. Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari)
  • Melakukan pemeriksaan payudara sendiri sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri dirumah. Cukup beberapa menit,sebulan sekali dan sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, ketika payudara lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan. Pemeriksaan lengkap payudara sendiri dibagi atas beberapa tahap :
a. Melihat
  • Tanggalkan seluruh pakaian bagian atas. 
  • Berdirilah di depan cermin dengan kedua lengan tergantung lepas, di dalam ruangan yang terang.
  • Perhatikan payudara anda :
  1. Apakah bentuk dan ukurannya kanan dan kiri simetris?
  2. Apakah bentuknya membesar atau mengeras?
  3. Apakah arah putingnya lurus ke depan?
  4. Apakah putingnya tertarik ke dalam?
  5. Apakah puting atau kulitnya ada yang lecet?
  6. Apakah kulitnya tampak kemerahan? Kebiruan? Atau kehitaman?
  7. Apakah kulitnya tampak menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?
  8. Apakah permukaan kulitnya mulus, tidak tampak adanya kerutan atau cekungan?
  • Ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas. Setelah selesai, ulangi lagi pengamatan dengan kedua tangan di pinggang, dada di busungkan, kedua siku ditarik ke belakang. Semua pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui adanya tumor yang terletak dekat dengan kulit.

b. Memijat
  • Dengan kedua belah tangan, secara lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting, untuk mengetahui ada tidaknya cairan yang keluar dari puting susu (seharusnya tidak ada, kecuali anda sedang menyusui).

c. Meraba
  • Berbaringlah di atas tempat tidur untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk memeriksa payudara kiri letakkan sebuah bantal tipis di bawah bahu kiri, sedang lengan kiri direntangkan ke atas di samping kepala atau diletakkan di bawah kepala. Gunakan keempat jari tangan kanan yang saling dirapatkan untuk meraba payudara.
  • Rabaan dilakukan dengan gerakan memutar (seperti membuat lingkaran kecil-kecil), mulai dari tepi payudara hingga ke putting susu. Sesudah itu geser posisi jari sedikit ke sebelahnya, dan lakukan lagi gerakan memutar dari tepi payudara sampai puting susu. Lakukan terus secara berurutan sampai seluruh bagian payudara di periksa. Setelah selesai dengan payudara kiri, pindah posisi bantal dan lengan, lakukan pemeriksaan pada payudara kanan dengan menggunakan keempat jari tangan kiri.

d. Meraba ketiak
  • Raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui adanya benjolan yang diduga suatu “anak sebar kanker” .

2. Memberikan ASI pada bayi
3. Apabila menemukan benjolan pada payudara, segera konsultasi ke dokter
4. Mencari tahu apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita kanker payudara
5. Menghindari alkohol
6. Menghindari obesitas
7. Berolahraga secara teratur
8. Mengurangi makanan berlemak serta banyak mengkonsumsi buah dan sayuran (Putri N, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Hestiningsih, Indriani. (2008). Pasien Kanker Payudara Kian Muda. http://www.lintasberita.com. Di akses tanggal 29 Maret 2010
  2. Jenny. (2008). Kanker Payudara Menyerang Remaja Putri. http://www.ogrg.lib.icb.ac.id. Di akses tanggal 29 Maret 2010
  3. Kardinah. (2005). Kanker Payudara. http://www.fortunestar.co.id. Diakses tanggal 6 April 2010
  4. Putri, N. (2009). Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta ; Aura Media
  5. Rudianto, dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta ; Salemba Medika
  6. Siahaan, M. (2008). Giliran Remaja yang Diincar Kanker Payudara. http://www.lintasberita.com. Diakses tanggal 11 april 2010
  7. Suddart, B. (2005). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC
  8. Syaifullah, M. (2010). Kanker Payudara. http://www.bima.ipb.ac.id. Diakses tanggal 11 April 2010
  9. Tapan, E. (2005). Kanker, antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta ; PT. Elekmedia Komputindo

KADER POSYANDU

Dr. Suparyanto, M.Kes

KADER POSYANDU

Pengertian
  • Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.
  • Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. (Zulkifli, 2003)
  • Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan. (Syafrudin, dan Hamidah, 2006)
  • Kader kesehatan adalah adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promoter kesehatan. (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA. 2005)

Tugas kader di posyandu.

1)Persiapan hari buka posyandu.
  • Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi, KMS, alat pengukur LILA, alat peraga dll
  • Mengundang dan menggerakkan masyarakatuntuk datang ke posyandu
  • Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa
  • Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas diantara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan

2)Melaksanakan pelayanan 5 meja.
  • Meja 1: Pendaftaran bayi, balita, bumil, menyusui dan PUS.
  • Meja 2: Penimbangan balita dan mencatat hasil penimbangan
  • Meja 3: Mengisi buku KIA / KMS
  • Meja 4:
  1. Menjelaskan data KIA / KMS berdasarkan hasil timbang
  2. Menilai perkembangan balita sesuai umur berdasarkan buku KIA. Jika ditemukan keterlambatan, kader mengajarkan ibu untuk memberikan rangsangan dirumah
  3. Memberikan penyuluhan sesuai dengn kondisi pada saat itu
  4. Memberikan rujukan ke Puskesmas, apabila diperlukan
  • Meja 5: Bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan sector yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain :
  1. Pelayanan imunisasi
  2. Pelayanan KB
  3. Pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
  4. Pemberian Fe / pil tambah darah, vitamin A (kader dapat membantu pemberiannya), kapsul yodium dan obat-obatan lainnya

  • Untuk meja 1-4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5 dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya. (Dinkes jawa timur, 2005)

3). Tugas kader setelah hari buka posyandu.
  • Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader
  • Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan dari posyandu yang akan datang
  • Melaksanakan penyuluhan kelompok (kelompok dasa wisma)
  • Melakukan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) bagi sasaran posyandu yng bermasalah antara lain :
  1. Tidak berkunjung ke posyandu karena sakit
  2. Berat badan balita tetap Selama 2 bulan berturut turut
  3. Tidak melaksanakan KB padahal sangat perlu
  4. Anggota keluarga sering terkena penyakit menular (Dinkes jawa timur, 2005)

Hal-hal yang boleh dilakukan kader dalam deteksi dini tumbuh kembang anak / balita antara lain :
  1. Penimbangan berat badan
  2. Pengukuran tinggi badan
  3. Pengukuran lingkar kepala
  4. Pengukuran lingkar lengan

Adapun 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya dan tidak boleh dilakukan kader, antara lain :
  1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui / menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikrosefali
  2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar
  3. Deteksidini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (Depkes RI, 2005)

POSYANDU

Pengertian
  • Posyandu adalah merupakan bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan, yang dikelola oleh kader dan sasarannya adalah seluruh masyarakat. (Dinkes jawa timur, 2005)
  • Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari oleh untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader, yang ditugaskan adalah warga setempat yang telah dilatih oleh masyarakat. (Meilani, 2009)

Tujuan
  • Memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur

Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk:
  1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.
  2. Mempercepat penerimaan NKKBS
  3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatankegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan. (Zulkifli, 2003)

Sasaran pelayanan kesehatan di posyandu.
  1. Bayi
  2. Anak balita
  3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
  4. Pasangan usia subur

Kegiatan posyandu

1.Panca krida
  • KIA
  • KB
  • Imunisasi
  • Peningkatan gizi
  • Penanggulangan diare
2.Sapta krida
  • KIA
  • KB
  • Imunisasi
  • Peningkatan gizi
  • Penanggulangan diare
  • Sanitasi dasar
  • Penyediaan obat esensial (Dinkes Jawa Timur, 2005)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dinkes Jateng. (2007). Cakupan DDTK provinsi. http:// Jawa Tengah.go.id.bapermas/standard/adds/revitalisasi%.html. Diakses pada tanggal 14 juni 2010
  2. Giatno, Bamabang. (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu. Jawa Timur : Dinas Kesehatan
  3. Mudjianto, T. (2003). Efektifitas KMS Anak Balita Sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu. http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 14 juni 2010
  4. Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
  5. Siahaan, R. (2005). Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 14 juni 2010
  6. Sri Astuti. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayananan Kesehatan Dasar. Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia
  7. Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 14 juni 2010

HERPES SIMPLEK

Dr. Suparyanto, M.Kes

HERPES SIMPLEK

Pengertian
  • Herpes simplek adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simplek herpes virus homanis. Infeksi herpes dapat menimbulkan implikasi (kesimpulan) serius apabila terjadi pada mata, sekitar serviks, pada bayi baru lahir, atau pada individu yang kekebalannya tertekan. Infeksi herpes pada mata menyebabkan keratitis herpatika. (Loetfia, 2007 : 47)
  • Virus herpes simplek (HVS) termasuk dalam family Herpesviridae (Virus DNA) dam hanya mengenai manusia, terdapat dua tipe HVS-1 dsn HVS-2. Infeksi terjadi di seluruh dunia. Sekitar 10% infeksi primer simtomatik. Sebagian besar infeksi HVS-1 terjadi pada tahun-tahun prasekolah dan antara 70 sampai 90% populasi dewasa dunia memiliki antibody dalam darahnya dari infesi sebelimnya. Infeksi HVS-2 biasanya terjadi pada aktivitas seksual; 20% orang dewasa memiliki antibody gambaran ini lebih tinggi pada individu yang bergonta ganti pasangan seksual dan kelompok sosio ekonomi lebih rendah. Masa inkubasi sekitar 5 hari(berkisar 2-12 hari). (Mandal, 2006 )

Tanda dan Gejala
  • Vesikel berkelompok yang nyeri dapat timbul setelah kontak primer dengan virus tersebut. 
  • Infeksi primer dapat terjadi pada sembarang tempat di kulit. 
  • Biasanya vesikel timbul disekitar mulut dan hidung, menyebabkan gingivastomatitis (peradangan pada gusi dan mukosa mulut), disekeliling mata, menyebabkan konjugtivitis (peradangan pada konjungtiva), pada jari tangan, 
  • Menyebabklan edema dan vesikel sabit, dipantat dan alat kelamin, menyebabkan vulvovaginitis. Infeksi primer menyebabkan odema kulit berat. 
  • Selama infeksi primer, virus berjalan naik melalui saraf perifer mencapai radiks ganglia dorsalis, di mana virus akan berada dalam stadium dorman. 
  • Pada kondisi ini sering kali klien tidak merasa sakit, tetapi sebenarnya dalam tubuhnya masih mengandung virus herpes simplek yang suatu saat dapat kanbuh kembali. Beberapa penderita dapat mengalami teraktifasi rekuren dari virus laten ini. 
  • Kekambuhan infeksi dapat dipicu oleh demam, sinar matahari atau trauma. Kelompok vesikel akan menjadi pustula dalam waktu beberapa hari dan kemudian sembuh secara spontan dalam waktu dua minggu. (Loetfia, 2007 : 46)
  • Herpes virus adalah virus yang besar, anggota grup yang berlainan memiliki bentuk yang hampir sama dan tidak dapat dibedakan melalui mikroskop electron. Semua herpes virus mempunyai inti DNA untai ganda, dalam bentuk tiroid, dikelilingi selubung protein yang membentuk simetri(tangkup) ikosahedral dan dan mempunyai 162 kapsomer. (Brooks, Geo F. 2005 :81
  • Penyebaran langsung kedaerah sekitar juga terjadi. 
  • Sel yang terangsang memperlihatkan gambaran degenerasi balon dengan karakteristik sel raksasa dan inklusi intranuklear. 
  • Saat infeksi primer menghilang, imunitas humoral dan selular terbentuk namun virus tetap dorman dalam sel ganglion dan dapat mengalami eaktivasi selanjutnya, menyebabkan penyakit local rekuren atau perkembangbiakan virus asimtomatik. 
  • Penyakit interkuren, cahaya matahari dan Trauma merupakan faktor reaktivasi belum diketahui. (Mandal,2006)
Penyebab
  • Herpes simplek disebabkan oleh virus DNA.Partikel DNA yang menular masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi untuk replikasinya(meniru/berkembang biak) sendiri. (Loutfiya, 2007 : 45).

Akibat
  • Virus herpes simplek mengakibatkatkan beragam penyakit mulai dari gingivostomatitis (peradangan pada gusi dan mukosa mulut) sampai keratokonjuctivitis (peradangan pada kornea dan konjungtiva), penyakit genital, dan infeksi pada bayi baru lahir. Herpes simplek menjadi penginfeksi yang laten pada sel saraf, dan umumnya terjadi rekurensi (kekambuhan). (Brooks, Geo F. 2005 : 86).

Penularan
  • Sebagai sumber penularan atau reservoir adalah penderita. Penularanyan melalui kontak langsung kulit atau mukosa yang robek dengan sekresi orongenital dari orang yang terinfeksi. (Mandal, 2006 )

Pengobatan
  • Uji terbuka positif pada 50-80% penderita herpes. Pada uji ini, bahan dari vesikel diletakkan pada gelas obyek dan diwarnai dengan biru toluidin 1%. Dari asupan yang diambil dari penderita herpes simplek dapat terlihat sel-sel raksasa yang berinti banyak dan besar. 
  • Asiklovyr dapat diberikan kedalam cairan intravena atau dalam bentuk salep. Obat ini efektif pada penderita yang kekebalannya tertekan. Salep Asiklovyr mengurangi masa penularan virus pada penderita yang terkena herpes primer. (Loetfia, 2007 : 47)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Brooks. Geo F. 2005.Mikrobiologi Kedokteran 2. Jakarta.Salemba Medika
  2. Candra. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. EGC
  3. Dahlan. 2001. Kamus Istilah Medis. Surabaya. Arkola
  4. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Jakarta. Salemba Medika
  5. Entjang. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti Horton. Sosiologi. Jakarta. Erlangga
  6. Kumala. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC
  7. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 263/Menkes/SK/II/2010 Tanggal : 10 Februari 201026 Pedoman Rehabilitasi Kognitif I. internet available from : http//www.google.com (Accesed April 13 th 2010 01:30 PM)
  8. Loetfia, 2007.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Kedokteran EGC
  9. Mandal. 2006.Penyaki Infeksi. Jakarta. Erlangga

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK / BALITA MELALUI KMS

Dr. Suparyanto, M.Kes

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK / BALITA MELALUI KMS

Pengertian
  • Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
  • Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
  • Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran beratbadan, tinggi badan, dan lingkar kepala.(IDAI, 2002)
  • Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
  • Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002)
  • Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).

Cara deteksi tumbuh kembang anak
1.Mendeteksi tumbuh kembang pada anak diantaranya :
a. Pengukuran antropometri
  • Pengukuran antropometri ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan , lingkar kepala dan lingkar lengan atas

b. Pengukuran berat badan
  • Pengukuran berat badan ini bagian dari antropometri yang digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yg ada pada tubuh

c. Pengukuran tinggi badan
  • Pengukuran ini merupakan bagian dari pengukuran antropometrik yang digunakan untuk menilai status perbaikan gizi di samping factor genetik

2. Pertumbuhan dan perkembangan anak :
  • Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup.
  • Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
  • Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
  • Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
  • Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan, melepas pakaian sendiri.
  • Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
  • Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan (Depkes RI, 2005).

Tujuan ilmu tumbuh kembang
  1. Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial
  2. Menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang
  3. Kemungkinan penanganan yang efektif
  4. Mencari penyebab dan mencegahnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita
1). Faktor Herediter
  • Faktor herediter merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak, factor herditer meliputi factor bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cpat ketika mereka mencapai masa pubertas. (Alimul, 2008 : 11)

2). Faktor Lingkungan
  • Faktor lingkungan merupakan factor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu lingkungan setelah bayi lahir)

Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi :
1). Faktor lingkungan prenatal
  • Gizi pada waktu ibu hamil
  • Zat kimia atau toksin
  • Hormonal

2)Faktor lingkungan postnatal
a). Budaya lingkungan
  • Dalam hal ini adalah budaya dalam masyrakat yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang mempersepsikan pola hidup sehat
b). Status sosial ekonomi
  • Anak dengan keluaraga yang memiliki sosial ekonoi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah
c). Nutrisi
  • Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tunbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air
d). Iklim dan cuaca
  • Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya, sebagai contoh pada saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit
e). Olahraga atau latihan fisik
  • Dapat memacu perkembanagn anak karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubu dapat tertur serta dapatmeningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan sel lainnya
f). Posisi anak dalam keluarga
  • Secara umum anak pertama memiliki kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya, sedangkan pada anak kedua atau tengah kecenderungan orang tua yang sudah biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemamapuan anak untuk berdaptasi lebih cepat dan mudah meski dalm perkembangan intelektual biasanya kurang dibandingkan dengan ank pertamanya
g). Status kesehatan
  • Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya.contoh apabila anak mempunyai penyakit kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis

3). Factor hormonal
  • Factor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anakantara lain hormone somatotropin, tiroid dan glukokortikoid. Hormone somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilgo dan system skeletal, hormone tiroid berperan menstimulasi metabolism tubuh. Hormone glukokortiroid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis (untuk memproduksi testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selnjutnya hormone tesebut menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempua yang sesuai dengan peran hormonnya (wong 2000) (Alimul, 2008 : 13)

Tahap pencapaian tumbuh kembang anak
1. Masa prenatal
  • Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus, pada fase embrio pertumbuhan mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama ,pada minggu kedua terjadi pembelahan sel dan terjadi pemisahan jaringan antara entoderm dan ectoderm pda minggu ketiga terbentuk lapisan mesoderm
2. Masa postnatal
  • Pertumbuhan atau perkembangan postnatal dikenal dengan pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir ini diawali dengan masa neonates (0-28hari) yang merupkan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh. (Alimul, 2008 : 13)

Ciri-ciri tumbuh kembang anak / balita
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
  • Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan misal, perkembangan intelgensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya
  • Setiap anak tidak akan bis melewati tahapan sebelumnya misal, seorang anak tidak bias berdiri jika pertumbuhan kaki dan tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat karena perkembangan awal merupakn masa kritis untuk menentukan perkembangan selanjutnya
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
  • Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatn yng berbeda baik perkembangan fisik maupun fungsi organ
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
  • Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
  • Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:
  1. Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju arah anggota tubuh
  2. Perkembang antropometri terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembng ke bagin distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimosdital)

6. Perkembangan memiliki tahap yan berurutan
  • Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak anak mampu berdiri sebelum berjalan.(Depkes, 2005 : 4)

Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak
Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu dibina atau dipantau :
  1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sperti duduk, berdiri, dsb
  2. Gerak halus atau motorik halus adala aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat sperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb
  3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dsb
  4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dsb (Depkes, 2005)

KARTU MENUJU SEHAT BALITA

Pengertian.
  • Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah kartu yang memuat data pertumbuhan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (Depkes Jawa Timur, 2005)
  • (Kartu Menuju Sehat) untuk Balita adalah suatu kartu / alat penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak . (Nursalam, 2005 : 68 ).
  • KMS yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balitasetiap bulannya dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi) (Depkes RI, 1996). (Nursalam, 2005 : 68 )

Tujuan penggunaan KMS
  1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan tingkat perkembangan yang optimal
  2. Sebagai alat bantu untuk memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal
  3. Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai (promotivea) (Nursalam, 2005 : 68 )

Manfaat / fungsi KMS
  1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vit A, ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI
  2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita
  3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita
  4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita (Nursalam, 2005 : 68 ).

Penyuluhan balita yang mengacu pada KMS :
  1. Jadwal pemberian imunisasi dan manfaatnya
  2. Cara membina pertumbuhan anak yang baik
  3. Pemberian ASI eksklusif ( 0-6 bulan )
  4. Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan sampai 2 tahun
  5. Merawat kesehatan gigi dan mulut
  6. Gizi dan pemberian vitamin A untuk balita
  7. Perkembangan anak dan latihan yang perlu diberikan sesuai dengan usia anak
  8. Pertolongan pertama pada anak diare (Depkes Jawa Timur, 2005)

Isi dari KMS antara lain :
  1. Tentang pertumbuhan
  2. Perkembangan anak/Balita
  3. Imunisasi
  4. Penanggulangan diare
  5. Pemberian kapsul vitamin A dan kondisi kesehatan anak
  6. Pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI
  7. Pemberian makanan anak/Balita dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
  8. Berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).

Cara Memantau Pertumbuhan Balita
  • Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Grafik pertumbuhan dalam KMS terdiri dari garis merah, pita warna kuning, hijau tua dan hijau muda. (Depkes RI, 2000)
a). Balita naik berat badannya bila :
  1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
  2. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.1. Indikator KMS bila balita naik berat badannya




b). Balita tidak naik berat badannya bila :
  1. Garis pertumbuhannya turun, atau
  2. Garis pertumbuhannya mendatar, atau
  3. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya

Gambar 2.2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

c). Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah






d). Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.4. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

e). Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Gambar 2.5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan



f). Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.6. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat (Depkes RI, 2000).


DAFTAR PUSTAKA


  1. Depkes, RI. (2000). Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 juni 2010
  2. Dinkes Jateng. (2007). Cakupan DDTK provinsi. http:// Jawa Tengah.go.id.bapermas/standard/adds/revitalisasi%.html. Diakses pada tanggal 14 juni 2010
  3. Giatno, Bamabang. (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu. Jawa Timur : Dinas Kesehatan
  4. Mudjianto, T. (2003). Efektifitas KMS Anak Balita Sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu. http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 14 juni 2010
  5. Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
  6. Siahaan, R. (2005). Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 14 juni 2010
  7. Sri Astuti. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayananan Kesehatan Dasar. Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia
  8. Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 14 juni 2010