PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 09 Desember 2011

DATA DAN FAKTA KESEHATAN IBU DI INDONESIA

Dr. Suparyanto, M.Kes

DATA DAN FAKTA KESEHATAN IBU DI INDONESIA

Sejak 10 tahun terakhir, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia berada pada tingkat yang tertinggi diantara negara berkembang di dunia dan belum menunjukan adanya kecenderungan menurun walaupun sudah cukup banyak upaya yang dilakukan. Bahkan diantara negara ASEAN pun pada tahun 2002 angka kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina (LIPI, 2009)

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014 telah ditetapkan tujuan pembangunan kesehatan, diantaranya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDG’s pada goal 5 adalah penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001), yaitu karena perdarahan (28%), eklamsia (24%), dan infeksi (11%).

Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain karena kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

Dalam hal kesehatan ibu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menyebutkan bahwa secara nasional 82,3% kelahiran sudah dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Namun tenaga kesehatan terlatih di wilayah pedesaan perlu lebih ditingkatkan agar kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan tidak jauh berbeda dengan kelompok penduduk perkotaan, demikian juga perhatian perlu dipusatkan pada pada penduduk miskin. Demikian pula halnya pada provinsi seperti Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat perlu mendapatkan perhatian agar proporsi perempuan usia reproduktif dapat lebih banyak mendapatkan pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan.

Riskesdas 2010 melaporkan bahwa pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sudah lebih baik, yaitu 84%. Akan tetapi masih ada 2,8% tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, dan 3,2% masih memeriksakan kehamilan ke dukun. Selain itu diketahui akses (K1) adalah 92,8% ibu hamil mengikuti pelayanan antenatal, akan tetapi hanya 61,3% selama kehamilan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali (K4).

Riskesdas 2010 melaporkan bahwa pemanfaatan Pos Bersalin desa (polindes) / Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sebagai tempat pelayanan terdekat ke masyarakat juga perlu ditingkatkan, karena hanya 1,5% yang memanfaatkan untuk persalinan. Walaupun secara nasional 59,4% perempuan usia reproduktif menggunakan fasilitas kesehatan untuk persalinan, akan tetapi di beberapa provinsi penggunaan fasilitas kesehatan untuk melahirkan masih sangat rendah, seperti 7,8% di Sulawesi Tenggara, 8 % di Maluku Utara atau 12,1% di Sulawesi Tengah.

REFERENSI:

Kementrian Kesehatan RI, 2011, Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui Radio, Panduan bagi Pengelola Program Radio Siaran Pemerintah & Swasta Nasional Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar