PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 24 Februari 2012

KONSEP DASAR MENYUSUI BAYI

Dr. Suparyanto, M.Kes


KONSEP DASAR MENYUSUI

1)    DEFINISI MENYUSUI ATAU LAKTASI
Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang terdiri  atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui, dan penyapihan  (Prawirohardjo, 2009).
Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu sekaligus  memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak (Yuliarti, 2010).
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan  pengeluaran (Perinasia, 2004).

2)    FISIOLOGI LAKTASI
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks  prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

1. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung sensoris. Bila ini dirangsang, timbul  impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian  depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah  yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. Dengan demikian mudah  dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula  produksi ASI.

2. Refleks aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis  depan, tetapi juga kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan  hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada  di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Makin  sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga  kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan menyusui akan  makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya  menganggu penyusunan, tetapi juga berakibat mudah terkena infeksi.

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, meliputi :

1. Refleks menangkap (rooting reflex)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah  sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae, maka bayi akan  membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.

2. Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, biasanya oleh  puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka sebagaian  besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka sinus  laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan  palatum, sehingga ASI terperas keluar.

3. Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya (Perinasia,2004).

3)    POSISI DAN PELEKATAN MENYUSUI
Cara menyusui ada tiga macam, yaitu :
1. Cara menyusui dengan cara duduk
1)    Ibu duduk tegak, tetapi santai. Usahakan ibu duduk di kursi tanpa sandaran tangan. Kursi dengan sandaran tangan akan mengganggu gerak ibu saat  menyusui. Pada saat duduk, kaki ibu mencapai lantai atau tidak tergantung.
2)    Pada saat ibu memangku bayinya, lengan yang menopang tubuh bayi perlu  diganjal bantal agar tidak lelah menahan bayi. Bayi pun dapat tidur dengan  nyaman.
3)    Tangan penopang selalu menopang punggung dan leher bayi, sedangkan  telapak tangan menahan bokong bayi. Letakkan bantal penahan lengan di  antara tangan penopang dan paha ibu.
4)    Tangan lain yang tidak menopang tubuh bayi membantu mengeluarkan ASI  ke mulut bayi. Caranya, jari tangan dan ibu jari menjepit payudara.  Usahakan mulut bayi masuk sampai mencapai lingkaran pangkal puting  (daerah lingkaran cokelat).
5)    Jika menyusui baru berlangsung 2-3 menit, tetapi payudara terasa masih  tagang, padahal bayi tampak malas atau mengantuk, sebaiknya bayi  dibangunkan dan disusui kembali ASI masih cukup banyak.
6)    Sadari bahwa menyusui merupakan kesempatan yang paling baik dalam  memberi bayi kesempatan berada di dekat ibunya walaupun sewaktu  bekerja ibu terpaksa berpisah dengan bayinya.
7)    Jika selama menyusui (5-10 menit) payudara sudah tidak tegang, susui bayi  dengan payudara yang lain sampai bayi kenyang dan tertidur.
8)    Untuk mengeluarkan udara yang masuk ke dalam lambung bayi, yakni  udara yang terisap pada saat menyusui, sandarkan dada bayi ke dada ibu  sampai kepalanya di atas bahu ibu, kemudian urut atau tepuk punggungnya  secara perlahan selama dua menit sehingga bayi dapat bersendawa.
9)    Setelah bayi kenyang disusui, tidurkanlah dengan posisi miring. Jika terjadi  muntah, muntahnya tidak masuk ke jalan napas.

2. Cara menyusui sambil berbaring
1)    Ibu berbaring miring dan punggung diganjal bantal.
2)    Usahakan lengan sebelah payudara yang mengarah ke mulut bayi dapat  menopang tubuh bayi, mulai dari leher, punggung, dan bokongnya. Jadi,  kedudukan bayi tetap berbaring sambil ditopang lengan ibunya.
3)    Leher bayi terletak di persendian lengan ibunya. Punggung bayi di lengan  bawah ibu, sedangkan bokongnya ditopang dengan telapak tangan ibu.  Dengan demikian, mulut bayi dapat diatur agar dapat mencapai putung  payudara ibu.
4)    Tangan ibu yang bebas membantu memasukkan puting susu ke mulut bayi  sambil telapak tangan menahan payudara agar tidak menutup hidung bayi.  Jari telunjuk dan jari tengah membantu mengeluarkan ASI dengan cara  menjepit payudara.
5)    Jangan menyusui menggunakan dot sebelum cara menyusui ini bisa  dilakukan dengan baik (Saminem, 2009).

3. Cara menyusui football Hold
1)    Pastikan ibu menggunakan kursi atau bangku dengan bantalan yang  nyaman. Ibu dapat menambahkan bantal untuk menopang punggungnya  atau di bawah bayinya agar bayi lebih mudah diposisikan untuk  menyususui.
2)    Hindari posisi membungkuk selama menyusui. Posisi seperti ini membuat  ibu tegang, dan akhirnya dapat menderita sakit punggung.
3)    Gendong bayi seperti membawa bola, arahkan bayi mendekat ke bagaian  samping tubuh ibu. Ibu yang dalam masa pemulihan dari bedah sesar sering  memilih posisi ini karena dapat mempertahankan bayi dekat abdomen ibu.
4)    Pastikan kepala bayi tertopang dengan baik, dan bayi seperti duduk, karena  kepala posisinya lebih tinggi dari abdomennya. Dengan posisi ini, bayi  dapat lebih mudah bersendawa.
5)    Arahkan puting ke tengah-tengah dan bayi akan melekatkan mulutnya.  Ketika puting berada di tengah, ibu dapat mengubah arah puting dengan  cara menekan ibu jari agar bergerak ke arah atas atau menekan jari lainnya  agar mengarah ke bawah.
6)    Ketika posisi mulut bayi terhadap payudara sudah benar, bibir bawah akan  melengkung ke luar (Kelly, 2010).

Tanda-tanda posisi menyusui yang benar, yaitu :
  1. Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.
  2. Wajah bayi harus menghadap payudara dengan hidung berhadapan dengan  puting.
  3. Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
  4. Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan bayi, bukan hanya  kepala dan bahu.

Pelekatan mulut bayi dengan puting susu ibu, antara lain :
1)    Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, dan jari yang lain menopang di  bawah (bentuk huruf C).
2)    Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara :  a. Menyentuh pipi dengan puting susu, b. Menyentuh sisi mulut dengan puting susu
3)    Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya.
4)    Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menggerakkan bahu  belakang bayi.
5)    Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan dengan hidung  bayi.
6)    Usahakan sebagaian areola masuk ke mulut bayi (tampak lebih sedikit areola  bagian bawah dari pada bagian atas).
7)    Setelah bayi mengisap dengan baik, payudara tidak perlu disangga lagi

Tanda-tanda pelekatan bayi yang baik saat menyusui antara lain :
  1. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.
  2. Dagu menyentuh payudara ibu dengan mulut terbuka lebar.
  3. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
  4. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja),  lingkar areola atas terlihat lebih banyak daripada areola bagian bawah.  Bibir bawah bayi melengkung ke luar.
  5. Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai  dengan berhenti sesaat (jeda) yang menandakan bahwa dalam mulutnya penuh  ASI, dan hal ini merupakan kesempatan bayi untuk menelan ASI.
  6. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.  Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.
Tanda bayi puas setelah menyusu :
1)    Bayi tertidur nyenyak
2)    Bayi melepas sendiri puting susu ibunya (Depkes RI, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada menetekkan bayi :
1)    Susuilah bayi segera setelah lahir
2)    Berilah bayi ASI saja pada bulan pertama dan kedua
3)    Ibu yang menyusui sebaiknya makan makanan yang bergizi tinggi dan minum  kurang lebih 8-12 gelas perhari
4)    Ibu harus istirahat yang cukup
5)    Susuilah bayi dengan santai dan penuh kasih sayang
6)    Jagalah kebersihan, gunakan pakaian yang longgar dan tidak kaku, serta  gunakan BH khusus untuk menyusui (Djitowiyono, dkk, 2010).

5.    LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR
a.    Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting  dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan  menjaga kelembaban puting susu.
b.    Bayi diposisikan menghadap perut atau payudara ibu.
c.    Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan  kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar  pada sandaran kursi.
d.    Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak  pada lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh menengadah dan bokong bayi  disokong dengan telapak tangan).
e.    Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
f.     Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara tidak hanya membelokkan kepala bayi).
g.    Telinga dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.
h.    Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
i.      Payudara dipegang dengan dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di  bawah. Jangan menekan puting susu atau areola saja.
j.      Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (reflex rooting) dengan cara  menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah bayi membuka mulut, dengan  cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola payudara  dimasukkan ke mulut bayi.
k.    Usahakan sebagaian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi,  sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan  menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah  areola payudara. Posisi yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting  susu saja, yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan  puting susu lecet.
l.      Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga  lagi (Bahiyatun, 2009).

6.    METODE MENYENDAWAKAN BAYI
a.    Gendong bayi dengan kepalanya disandarkan di bahu ibu. Tepuk atau gosok perlahan punggung bayi sampai ia bersendawa.
b.    Posisikan bayi duduk di atas pangkuan dan pastikan kepala danpunggung bayi ditopang dengan tangan. Tepuk atau gosok secara perlahan punggung bayi  sampai ia bersendawa.
c.    Baringkan bayi dengan posisi kepala bersandar miring di atas pangkuan atau matras. Miringkan kepala bayi dan topang dengan tangan. Tepuk atau gosok  perlahan punggung bayi sampai ia bersendawa (Kelly, 2010).

7.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU UNTUK MENYUSUI

Menurut Arbon dan Byme (2001), faktor yang mempengaruhi ibu untuk  menyusui sebagai berikut, antara lain :

1. Faktor psikis
Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan  menyusui,termasuk percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui. Bayi  yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui. Dukungan orangorang  terdekat juga termasuk ke dalam faktor psikis. Dukungan bisa dilakukan  dengan banyak cara, diantaranya member informasi atau pengetahuan tentang  keuntungan menyusui dan cara menyusui, memberi pengertian, membesarkan  hati, menyayangi, dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat menyusui  bayinya. Pemberi dukungan dapat berasal dari mana saja, mulai dari keluarga,  suami, teman, teman dekat, tenaga kesehatan, sampai lingkungan hidup.

2. Faktor tenaga kesehatan
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi tentang  perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui, keuntungan  menyusui, dan inisiasi menyusui dini merupakan dukungan tenaga kesehatan  yang dapat membantu menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

3. Faktor demografi
Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor sosiodemografi dan faktor  biomedik. Yang termasuk faktor sosiodemografi diantaranya usia, pendidikan,  status perkawinan, suku, tingkat sosial, dan penghasilan. Sementara yang  termasuk faktor biomedik adalah jumlah kelahiran, kesehatan bayi, dan  kesehatan ibu (selama hamil, melahirkan, dan setelah melahirkan) (Aprillia,  2010).

8.    MASALAH DALAM MENYUSUI
Berikut adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam menyusui, antara
lain :

1. Puting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting. Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola  tertutup oleh mulut bayi.
  2. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk  mencuci puting susu.
  3. Bayi dengan frenulum lingue (lidah yang pendek), sehingga menyebabkan  bayi sulit mengisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada  puting susu saja.
  4. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan  kurang berhati-hati.

Penatalaksanaan :
  1. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang  lecetnya sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi  menyusu harus sering diubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan  mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Untuk menghindari payudara  yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan  dengan sendok, gelas, dan pipet.
  2. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi  diangin-anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai antiinfeksi.  c. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk  membersihkan payudara.
  3. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak  sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu  rakus.

Pencegahan :
  1. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, atau zat-zat iritan  lainnya.
  2. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai  menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan  dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
  3. Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang  payudara dan menggunakan kedua payudara.

2. Payudara bengkak
Penyebab :
  • Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
Gejala :
  • Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit diisap  oleh bayi,kulit pada payudara Nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam,  dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI  harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih  lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
Penatalaksanaan :
  1. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
  2. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan  mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas  untuk melancarkan pembuluh darah.
  3. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk  melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
Pencegahan :
  1. Susukan bayi tanpa jadwal.
  2. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi  kebutuhan bayi.

3. Saluran susu tersumbat
Penyebab :
  1. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui.
  2. Pemakaian bra yang terlalu ketat.
  3. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera  dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan.
Gejala :
  1. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada  perabaan.
  2. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan  bengkak yang terlokalisir.
Penatalaksanaan :
  1. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta  kompres panas dan dingin secara bergantian.
  2. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI  dengan tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui.
  3. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
Pencegahan :
  1. Perawatan payudara pascapersalinan secara teratur, untuk menghindari  terjadinya statis aliran ASI.
  2. Posisi menyusui yang diubah-ubah.
  3. Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.

4. Mastitis (radang pada payudara)

Penyebab :
  1. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
  2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
  3. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :
  1. Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.
  2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
  3. Payudara keras dan berbenjol-benjol.
  4. Panas badan.

5. Abses payudara

Merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.
Gejala :
  1. Payudara lebih merah dan mengkilap.
  2. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk  mengeluarkan nanah tersebut.
Penatalaksanaan :
  1. Teknik menyusui yang benar.
  2. Kompres air hangat atau dingin.
  3. Terus menyusui pada mastitis.
  4. Susukan dari yang sehat.
  5. Rujuk.
  6. Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotic bila abses bertambah. Bila  terjadi abses, menyusui dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan (Saleha,  2009).

6. Bayi sering menangis
Bayi menangis pastilah ada sebabnya, karena bayi menangis berarti  berkomunikasi. Oleh karena itu bila bayi sering menangis harus dilakukan  pemeriksaan yang teliti dengan cermat dan dapat dilakukan penanganan yang  tepat. Bayi menangis bisa karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok atau  pakaian basah atau kotor atau bahkan sakit.  Kira-kira 80% bayi menangis dapat ditolong dengan menyusui dengan cara  yang tepat. Bila karena bayi sakit haruslah dirujuk ke dokter ahli.

7. Bayi enggan menyusu

Ada kalanya bayi enggan menyusu, bahkan muntah, diare, mengantuk, kuning, kejang. Kondisi seperti ini sebaiknya dirujuk ke dokter ahli.
Penyebab :
a)    Hidung tertutup lendir atau ingus, karena pilek, sehingga sulit bernafas.
b)    Bayi mengalami stomatitis (sariawan).
c)    Terlambat mulainya menyusu ketika berada di rumah sakit, karena tidak dirawat gabung.
d)    Ditinggal ibu cukup lama, karena ibunya sakit atau bekerja.
e)    Teknik menyusui salah.
f)     ASI kurang lancar atau sebaliknya terlalu keras memancar.
g)    Bayi yang diberikan dot bergantian dengan menyusu.
Cara mengatasi :
a)    Bila pilek, diajarkan cara membersihkan lubang hidung.
b)    Bila mulut bayi sakit karena moniliasis atau stomatitis diberi pengobatan.
c)    Ibu diberikan kesempatan untuk merawat bayinya sendiri, sehingga lebih  hangat dan dekat secara psikologis dan mengenal sifat bayinya.
d)    Teknik menyusui yang benar.
e)    Tidak memberikan makanan tambahan terlalu dini.
f)     Bila ASI memancar terlalu deras sebelum menyusui, kemudian bayi disusui dengan cara posisi tegak atau berdiri.

8. Bayi bingung puting susu

Tanda bingung puting :
1)    Bayi mengisap puting susu seperti mengisap dot.
2)    Ketika menyusu terputus-putus seperti mengisap dot susu formula.
3)    Bayi menolak untuk menyusu pada payudara ibu.
Pencegahan :
1)    Diusahakan bayi hanya menyusu pada ibu.
2)    Cara menyusu yang tepat.
3)    Menyusunya lebih lama dan lebih sering tanpa ada jadwal.
4)    Diperlukan kesabaran.
5)    Ibu melakukan perawatan payudara post-natal secara benar, sistematis dan  teratur (Fitramaya, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
  1. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
  2. A.Aziz Hidayat, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta.
  3. Azwar, Azrul. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini Revisi 2007. Jakarta : JNPK-KR.
  4. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.
  5. Depkes. RI. 2009. Penanganan Fasilator Kelas Ibu Hamil. Jakarta
  6. Djitowiyono, Sugeng, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak. Yogyakarta : Nuha medika.
  7. Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
  8. Kelly, Paula. 2010. Buku Saku Asuhan Neonatus & Bayi. Jakarta : EGC.
  9. Nazir, Moh. 2009, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Pustaka.
  10. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
  11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
  12. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
  13. Suherni, dkk. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
  14. Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
  15. Saminem, Hajjah. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta : EGC.
  16. Simkin, Penny, dkk. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Jakarta : Arcan.
  17. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
  18. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta :EGC
  19. Suradi, Rulina, dkk. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatalogi Indonesia.
  20. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BPSP.
  21. Purwanti, Sri Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC.
  22. Varney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
  23. Yesie, Aprillia. 2010. Hipnostetri Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil & Melahirkan. Jakarta : Gagas Media.
  24. Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakatra : Andi Yogyakarta.