PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Senin, 20 Februari 2012

KONSEP DASAR STATUS GIZI BALITA

Dr. Suparyanto, M.Kes

 
Konsep Dasar Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi
  • Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentukvariabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu(Supariasa, dkk, 2007).
  • Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir darikeseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya(Sediaoetama, 2010).
  • Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan danpenggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005).

2. Metode Penilaian Status Gizi
  • Secara umum peniliaan status gizi dapat dilihat dengan metode langsung dantidak langsung (Proverawati, 2010).
a. Secara langsung
  • Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
1. Antropometri
  • Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan denganberbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dariberbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untukmelihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
  • Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringantubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
2. Klinis
  • Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilaistatus gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahanyang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal inidapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosaoral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh sepertikelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei klinissecara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untukmendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salahsatu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk mengetahuitingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda(sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
  • Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yangdiuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringantubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja danjuga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakanuntuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurangspesifik, maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong untukmenentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
  • Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizidengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihatperubahan struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentuseperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Carayang digunakan adalah tes adaptasi gelap
b. Secara Tidak Langsung
  • Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Proverawati,2010) yaitu :
1. Survei Konsumsi Makanan
  • Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secaratidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yangdikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikangambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluargadan individu. Survei ini dapat mengindentifikasikan  kelebihan dankekurangan gizi.
2. Statistik Vital
  • Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisisdata beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkanumur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan datalainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkansebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
  • Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologisebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkunganbudaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaanekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.
3. Pengukuran Status Gizi Anak
  • Penilaian antropometri merupakan metode penilaian status nutrisi melaluiukuran tubuh tertentu.Penggunaan dan intrepretasi pengukuran pertumbuhan kemungkinan sangatberbeda menurut tujuan klinis (individual) atau tujuan kesehatan masyarakat (populasi secara keseluruhan). Pemilihan indeks antropometri ditentukan oleh tujuan kegiatan penilaian status gizi, sifat-sifat dan gambaran status gizi yang ditujukan berbagai indkes, serta kemungkinan memperoleh data antropometrimengingat kesediaan alat ukur (Departemen Gizi dan Kesehatan MasyarakatFKUI, 2011).
Penilaian status gizi anak secara antropometri dapat dilakukan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011) sebagai berikut:
a. Indek BB/U
  • Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang membergambaran tentang massa tubuh, yaitu otot dan lemak (Riyadi, 2005). Menurut Gibson (2007) berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral tulang didalam tubuh, tetapi tidak dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada keempat komponen tersebut. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya malnutrisi akut dan digunakan secara luas untuk menilai Kekurangan Energi Protein (KEP) dan gizi lebih. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi pada masa kini. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk pertumbuhan. Indeks ini biasanya digunakan untuk pemantauan status gizi anak jangka waktu singkat atau individual. Indeks berat badan menurut umur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan indeks BB/U ini sebagai berikut:
  1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti
  2. Sensitive untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek
  3. Dapat mendeteksi kelebihan berat badan
  4. 4. Pengukuran lebih objektif
  5. 5. Peralatan mudah dibawa dan relatif murah
  6. 6. Pengukuran mudah dilaksanakan dan teliti
  7. 7. Tidak banyak memakan waktu
Kekurangan indeks BB/U ini sebagai berikut:
  1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi bila terjadi oedema
  2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kelompok umur dibawah lima tahun
  3. 3Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran
Pengukuran dengan menggunakan Z skor diperoleh dengan cara mencari
selisih nilai individual subjek dengan nilai median referensi
menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilais dardeviasireferensi
Z skor Nilaiindividualsubjek Nilaimedianreferensi
. tan . .
. . - . .
- =
Setelah itu nilai dibandingkan dengan nilai standar deviasi referensi
sebagai berikut:
  1. Gizi lebih, bila Z_score terletak > + 2 SD
  2. Gizi baik, bila Z_score terletak dari > -2 SD s/d + 2 SD
  3. Kurang gizi, bila Z_score terletak dari < -2 SD sampai > -3 SD
  4. Gizi buruk, bila Z_score terletak < -3 SD
b. Indeks TB/BB
  • Indeks tunggal TB/BB atau BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini, dan biasanya digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena indeks ini dapat menggambarkan proporsi BB relatif terhadap TB, maka indek ini merupakan indikator kekurusan atau yang lebih dikenal dengan wasting. Indeks ini digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Kelebihan indeks ini) sebagai berikut:
  1. Bebas terhadap pengaruh umur dan ras
  2. Dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian berat badan relatif terhadap tinggi badan.
Kekurangan indeks ini sebagai berikut:
  1. Tidak dapat mengagmbarkan apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi atau kelebihan tinggi badan karena faktor umur sering tidak diperhatikan.
  2. Sering terjadi kesalahan membaca angka hasil pengukuran, terutama bila pembacaan dilakukan oleh tenaga yang kurang professional.
  3. Kesulitan dalam mengukur panjang badan anak baduta atau tinggi badan balita.
Cara menilai Z skor indeks BB/TB sebagai berikut:
  1. Normal, bila Z_score terletak > -2 SD s/d + 2 SD
  2. Pendek, bila Z_score terletak dari < -2 SD
c. Indeks PB/U
  • Indeks PB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks ini erat kaitannya dengan masalah social ekonomi, oleh karena itu indeks ini dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan social ekonomi masyarakat. Indeks ini kuga digunakan dalam pemantauan status gizi jangka panjang, karena indeks ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi perubahan status gizi yang sifatnya musiman. Kelebihan yang dimiliki indeks PB/U sebagai berikut:
  1. Indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau
  2. Peralatan mudah dipindahkan dan dapat dibuat secara lokal
  3. Pengukuran lebih objektif
  4. Jarang orangtua yang keberatan anaknya diukur
Kekurangan indeks ini sebagai berikut:
  1. Diperlukan indeks lain dalam menilai intervensi karena perubahan TB tidak banyak terjad I dalam waktu yang singkat
  2. Membutuhkan beberapa teknik pengukuran seperti: alat ukur panjang badan untuk anak umur kurang dari 2 tahun, dan alat ukur tinggi badan untuk anak lebih dari 2 tahun
  3. Memerlukan tenaga terlatih untuk melakukan pengukuran
  4. Memerlukan 2 orang untuk mengukur panjang badan anak
  5. Umur yang kadang-kadang sulit diperoleh
Cara menilai Z skor indeks PB/U sebagai berikut
  1. Gemuk, bila Z_score terletak dari > + 2 SD
  2. Normal, bila Z_score terletak dari>-2 SD sampai + 2 SD
  3. Kurus (Wasted), bila Z_score terletak dari <-2 SD sampai > - 3 SD
  4. Kurus sekali, bila Z_score terletak < -3 SD
d. Ambang Batas (Cut of Points)
  • Dalam antropemteri gizi, median = persentil 50 dan nilai median ini dinyatakan = 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas (Proverawati, 2010).

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri
Status gizi
Median
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik
Gizi Sedang
Gizi Kurang
Gizi Buruk
> 80%
71%-80%
61%-70%
< 60%
>90%
81%-90%
71%-80%
<70%
> 90%
81%-90%
71%-80%
< 70%
Sumber: Proverawati, 2010

e. Penilaian status gizi Berdasarkan KMS
  • Menurut Departemen Kesehatan Republik Indoensia (2005) kurva pertumbuhan pada KMS dapat mengikuti tiga arah sebagai berikut:
1. Petumbuhan baik
  • Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur pertumbuhan normalnya yaitu: jika kurva pertumbuhan bergerak secara horizontal pada jalur pita hijau (Gambar 2.5)
Gambar 2.1 Pertumbuhan Balita Baik (Departemen Kesehatan Republik Indoensia,
2005)
2. Pertumbuhan membaik
  • Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya pengejaran (cath-up) terdapat pada jalur pertumbuhan normal yaitu jika kurva pertumbuhan menunjuk ke arah jalur pertumbuhan normalnya atau bergerak ke arah pita hijau (Gambar 2.6).

Gambar 2.2 Pertumbuhan Balita Membaik (Departemen Kesehatan Republik
Indoensia, 2005)

3. Pertumbuhan bayi memburuk
  • Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normalnya yaitu : jika kurva pertumbuhan menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan normalnya baik ke arah atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM) (Gambar 2.7).
Gambar 2.3 Pertumbuhan Balita Memburuk (Departemen Kesehatan Republik Indoensia, 2005)

4. Status Gizi Kurang
  • Rendahnya status gizi berpengaruh terhadap kondisi kesehatan Balita, dampak gizi kurang (Supariasa, 2007) sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik terganggu
  • Fungsi zat gizi pada masa Balita adalah untuk perkembangan dan pertumbuhan. Gizi pada Balita juga digunakan untuk pemeliharaan tubuh. Kondisi kurang gizi berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan khususnya perkembangan motorik anak.
2. Penyakit gizi
  • Kondisi status gizi kurang apa bila terus berlanjut dapat mengakibatkan penyakit gizi seperti marasmus, kwashiokor dan marasmus kwashiorkor.
3. Tingkat kecerdasan
  • Tingkat kecerdasan dipengaruhi oleh asupan zat-zat gizi dari pra konsepsi sampai dengan masa Balita, karena pertumbuhan otak paling cepat pada usia Balita. Oleh karena itu perkembangan otak optimla diperlukan kondisi status gizi yang baik.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
  • Ada beberapa faktor yang sering merupakan penyebab gangguan gizi, baik langsung maupun tidka langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah tidak sesuai   jumlah giziyang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Beberapa faktor yang yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita anatar lain (Proverawati, 2010):
a. Pengetahuan
  • Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya. Dengan demikian kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan cukup. Keadaan ini menunjujkkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh menjadi penyebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan balita. Masalah gizi karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dibidang memasak akan menurunkan konsumsi makan anak., keragaman bahan dan keragaman jenis makanan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebebasan.
b. Persepsi
  • Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanyak digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein, dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Kebiasaan atau pantangan
  • Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
d. Kesukaan jenis makanan tertentu
  • Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
  • Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adik yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat secara baik. Anak Dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang.
f. Sosial ekonomi
  • Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
  • Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  2. Azwar. 2007. Sikap Manusia. Jogjakarta: Liberty
  3. Dariyo. 2007. Perkembangan dan pertumbuhan Batita. Jogjakarta: Liberty.
  4. Depkes RI. 2002. Tabel Status Gizi Menkes RI. Jakarta.
  5. Depkes RI. 2005. Balita BGM. http//:www.bank.data.depkes.go.
  6. Depkes RI. 2006. Pengukuran Antropometri. Jakarta
  7. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011. Gizi dan Kesehatan
  8. Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
  9. Dinas Kesehatan Jombang, 2010. Profil Kesehatan Jombang.
  10. Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2009/2010
  11. Haditono, 2007. Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
  12. IGB. Supariasa, 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar
  13. Kristiyanasari, 2010. Asuhan Masa Nifas. Jogjakarta: Books.
  14. Lubis, dkk, 2010. Pengantar Psikologi untuk kebidanan. Jakarta: Kencana
  15. Macfud, 2010. Metodologi Riset manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: UINMaliki Pres.
  16. Nazir, 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
  17. Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta
  18. Notoatmodjo. 2009. Perilaku Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
  19. Notoatmodjo, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
  20. Novita, 2007. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Tim Media.
  21. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
  22. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  23. Proverawati. 2010. Buku Ajara Gizi untuk Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Meidka
  24. Riyadi. 2005. Asuhan Keperawatan. Jogjakarta: graham Media
  25. Sediaoetama, 2010. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakjat
  26. Sisdiknas. 2001. Undang-Undang Pendidikan Nasional. Jakarta.
  27. Soetjiningsih, 2005. Tumbuh Kembang. Jakarta: EGC
  28. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
  29. Sulistyoningsih, 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jogjakarta: Graha Ilmu.
  30. Sunita Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  31. Waluyo, 2010. Gizi Reproduksi, Jogjakarta: Pustaka Riha
  32. Warisman, 2010. Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Setia
  33. Wawan dkk, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuhamedika 
  34. Sobur. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Bandung: Alfabeta. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar