PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Sabtu, 28 Juli 2012

PENGUKURAN PERILAKU

Dr. Suparyanto, M.Kes


PENGUKURAN PERILAKU

1.    Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud  perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007:133).

2.    Pembentukan Perilaku
Perilaku setiap orang adalah unik dan khas sifatnya. Oleh karena itu tidak ada individu yang memiliki perilaku yang sama persis ketika menghadapi situasi atau stimulus yang sama. Perilaku dalam hal ini mirip sidik jari tidak ada yang sama. Namun meskipun tidak ada perilaku yang sama pada setiap perilaku individu, itu tidaklah berarti tidak ada batas-batas antara perilaku yang wajar dengan perilaku tidak wajar. Keunikan perilaku yang sehat selalu dalam batas-batas tersebut.

Perilaku dikatakan sehat atau wajar bila perilaku tersebut merupakan respons yang sesuai/adaptif serata membuat individu menjadi lebih berkembang dan matang. Sedangkan perilaku dianggap bergangguan atau tidak sehat bila perilaku tersebut sudah tidak lagi sesuai atau adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi bahkan membuat individu menjadi semakin mengkerut dan terhambat. Jadi sehat tidaknya suatu perilaku atau apakah suatu perilaku bermasalah atau tidak tergantung dari apakah perilaku tersebut merupakan respons yang tepat terhadap situasi tertentu atau tidak dan apakah perilaku tersebut membawa individu menjadi semakin dimampukan untuk mengaktualkan potensi atau tidak.
(Siswanto, 2007:170)

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1)    Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2)    Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). Yang dengan mudah dapat dilihat oleh orang lain.

Seperti telah disebutkan di atas sebagian perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Ini menurut skinner adalah:
1)    Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
2)    Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
3)    Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah-hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
4)    Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. (Notoatmodjo, 2007:135)

Bentuk perubahan perilaku menurut WHO yang disadur oleh Notoatmodjo (2007) meliputi :
1)    Perubahan Alamiah (Natural Change )
Sebagian perubahan itu disebabkan karena perubahan alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.
2)    Perubahan Rencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3)    Kesediaan Untuk Berubah ( Readiness to Change )
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, namun sebagian orang lagi sangat lamban untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Setiap orang di dalam masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama (Notoatmodjo, 2007:189)

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikolog pendidikan membagi perilaku manusia menjadi 3 domain/kawasan yakni:
1)    Pengetahuan (Knowledge) Kognitif
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihat, pendengaran, pengecap, perasa dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior).
2)    Sikap (Attitude) Afektif
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
3)    Praktek atau tindakan (Practice) Psikomotor
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over bihavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai. Agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua. (Effendy F, 2009:102)


3.    Tingkat pengetahuan didalam Domain Perilaku
1)    Komponen Kognitif
a.    Tahu (know). Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya misalnya menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan.
b.    Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya menyimpulkan, meramalkan.
c.    Aplikasi (Application). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya rumus, methode.
d.    Analisis (analysis). Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e.    Sintesis (synthetic). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungakan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.     Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2)    Kompenen Afektif
a.    Menerima (Receiving) menerima diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
b.    Merespons (Responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan.
c.    Menghargai (Valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d.    Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3)    Komponen Konatif
a.    Presepsi (Perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
b.    Respon terpimpin (Guided response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat kedua.
c.    Mekanisme (Mechanism) apabila seseorang telah melakukan dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.
d.    Adopsi (Adoption) adaptasi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. (Efendy F, 2009:103)

4.    Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku yang baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni sebagai berikut.
1)    Awarness (Timbul kesadaran), Yakni orang tersebut menyadari (mengetahui) stimulus terlebih dahulu
2)    Interest (Ketertarikan), Yakni orang tersebut mulai tertarik dengan stimulus.
3)    Evaluasi (penilaian), Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus. Yakni sikap orang sudah lebih baik lagi. tersebut.
4)    Trial (Mulai mencoba), Yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai mencoba perilaku baru.
5)    Adopsi (mengadopsi), Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pada tahapan ini perilaku deteksi dini kanker payudara sudah menjadi bagian dari perilaku responden (Efendy F, 2009:101)

5.    Cara Pengukuran Perilaku
Teknik skala yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku adalah dengan menggunakan teknik skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisanya dapat dilakukan seperti skala likert (Alimul hidayat, aziz. 2007:103).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta
  2. Chrisna. 2010. kenakalan remaja di era reformatika, Seks Bebas di Kalangan Remaja (Pelajar dan Mahasiswa), Penyimpangan. (online). http://blabla. student.umm.ac.id/2010/08/12/seks-bebas-di-kalangan-remaja-pelajar-dan-mahasiswa-penyimpangan-kenakalan-atau-gaya-hidup/. Diakses 19 maret 2012.
  3. Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika: Jakarta
  4. Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika: Jakarta
  5. http://forum.kompas.com/nasional/67231-hari-valentine-sejumlah-abg-di-kamar-hotel-terjaring-razia.html (online). diakses 28-1-2012
  6. http://lakpesdamjombang.org/home/index.php?option=com_content&view=article&id=438:jumlah-penderita-hiv-aids-capai-197-orang&catid=7:hot-news. (online). diakses 12-3-2012
  7. http://www.pdf.kq5.org/doc/potensi-seks-bebas-di-kalangan-remaja (online). diakses 12-3-2012
  8. http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian/detail/182. (online). diakses 12-1-2012
  9. http://www.acehforum.or.id/mengatasi-perilaku-seks t2444p2.html  (online). diakses 13-1-2012
  10. Juliastuti. 2009. Pengaruh karakteristik siswa dan sumber informasi terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah pada siswa di SMA NEGERI di Banda Aceh tahun 2008. (online) . http://www.pdf.kq5.org/ doc/potensi-seks-bebas-di kalangan-remaja. diakses 9 maret 2012
  11. Kartono, Kartini. 2008.  Patologi Sosial. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
  12. Muhammad, Naufal. 2009. Bahaya Seks Bebas dan Pengertian Seks Bebas. (online) http://info.g-excess.com/id/online.info, diakses 4 Desember 2009.
  13. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta
  14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Ilmu Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta
  15. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
  16. Pratiwi. 2004. Pendidikan seks untuk remaja. Tugu Publisher. Jakarta
  17. Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembanganya. ANDI: Yogyakarta
  18. Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Sagung Seto: Jakarta
  19. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung
  20. Sarwono, W Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
  21. Yusuf, syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
  22. Zen. 2009. Definisi Seks. (online), http://www.dhammacitta.org/pustaka/Ebook /Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf, diakses 10 maret 2012.
  23. 2011. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan. (online) http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian /detail/182. diakses 9 maret 2012



1 komentar: