PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Sabtu, 28 Juli 2012

PERAWATAN LUKA PERINEUM

Dr. Suparyanto, M.Kes 

PERAWATAN LUKA PERINEUM

1.    Definisi
Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2012).

2.    Fase-fase Penyembuhan Luka
1)    Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari
2)    Fase proliferatif, berlangsung 5-20 hari
3)    Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau tahunan.(Ismail, 2012)
3.    Perawatan Luka Perineum
Perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut:
1)    Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
2)    Menghindari pemberian obat trandisional.
3)    Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.
4)    Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.
5) Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan penyembuhan luka.

4.    Penghambat Keberhasilan Penyembuhan Luka

1)    Malnutrisi
Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas yang buruk.

2)    Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan.
3)    Kurang tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan anabolisme (sintesis molekul kompleks dari molekul sederhana), dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. Jarang kita temukan wanita baru melahirkan dapat menikmati waktu tidur sepenuhnya setiap malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut berisiko mengalami hambatan penyembuhan luka.

4)    Stres
Diduga bahwa ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun sehingga menghambat penyembuhan luka.

5)    Kondisi medis dan terapi
Berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kemampuan penyembuhan luka pada wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti AIDS, ginjal, atau penyakit hepatik, atau obat seperti kortikosteroid dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliferatif untuk perbaikan luka.


6)    Asuhan kurang optimal
Berbagai aktifitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat penyembuhan luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar kembali di sekitar area, kapas, atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi, dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk.(Boyle, 2008)

5.    Waktu Perawatan Perineum
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
1)    Saat mandi
2)    Setelah buang air kecil
3)    Setelah buang air besar
4)    Dampak Perawatan Luka Perineum

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini:
1)    Infeksi
2)    Komplikasi
3)    Kematian ibu post partum

6.    Tujuan Perawatan Luka
1)  Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
2)    Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3)    Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
4)    Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5)    Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat. (Ismail, 2012).

7.    Konsep Dasar Luka Perineum
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.        Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Ismail, 2012).
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2007).

8.    Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu:
1)    Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
2)    Episiotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum. (Wiknjosastro, 2008).
Tipe episiotomi yang sering dijumpai, yaitu: Episiotomi medial dan Episiotomi mediolateral

Komplikasi Episiotomi
Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang berhadapan menjadi kemerahan, seperti daging dan membengkak. Benang sering merobek jaringan edematosa sehingga tepi-tepi luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluaarnya cairan serosa, serosanguinosa, atau jelas purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling sering berkaitan dengan infeksi.
(Leveno, 2009)

DAFTAR PUSTAKA
  1. Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Asuhan Postnatal Care. www.masbied.com/search/pembagian-umur-menurut-masa-reproduksi diakses tanggal 28/07/2012, jam 10:19
  2. Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika
  3. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
  4.  Boyle, Maureen. 2008. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC
  5.  Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
  6. Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
  7. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta: EGC
  8. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
  9. Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  10. Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghhalia Indonesia
  11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
  12. Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergrncy Kebidanan untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
  13. Reeder, Sharon j. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga. Jakarta: EGC
  14. Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  15. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
  16. Saryono, Ari Setiawan. 2010. Metodologi Penelitian KEBIDANAN D-III, D-IV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika
  17. Wawan, A. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
  18. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

4 komentar:

  1. dok saya mau tnya , tindakan hecting apakah hnya dilakukan d bagian perineum saja?. mksh. mhon jawabanny ya dok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hecting dilakukan pada semua jalan lahir yang luka, tidak hanya perineum. trims

      Hapus
  2. Dok mohon penjelasan nya tentang cara perawatan luka perineum menurut evidance based..

    BalasHapus
  3. dok mohon penjelasannya tentang dehisiensi perinieum. jawabannya boleh lewat email saya belindajoang1@gmail.com

    BalasHapus