PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 29 Maret 2013

KONTRASEPSI IMPLANT SELAYANG PANDANG

Dr. Suparyanto, M.Kes


KONTRASEPSI IMPLANT SELAYANG PANDANG

1. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi adalah Upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara,dapat pula bersifat permanen (Proverawati, 2010).

Kontrasepsi adalah upaya untukmencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat sementara dan permanen. dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan. (Prawirohardjo, 2005).

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. (Suratun dkk, 2008).

2. Tujuan kontrasepsi
1)    Menunda kehamilan.
2)    Menjarangkan kehamilan.
3)    Menghentikan/mengakhiri kehamilan.
4)    Mengembalikan kesuburan.

3. Memilih etode kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah
a.Aman/tidak berbahaya.
b.Dapat diandalkan.
c.Sederhana,sedapat-dapatnyatidak seorang dokter.
d.Murah.
e.Dapat diterima oleh orang banyak.
f.Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi).
g.Macam-Macam Metode Kontrasepsi
h.Metode Sederhana         
1)    Kontrasepsi alamiah : Metode Kalender (Ogino dan Knaus), Metode Suhu Badan Basal (Termal, Metode Lendir Serviks (Billings), Metode Simto-Termal
2)    Mekanis (Barier) : Kondom pria, barier intra-vaginal, kimiawi (Spermisid)
i.Metode modern
1.Kontrasepsi hormonal
1)    Per-oral: pil oral kombinasi (POK), Mini, pil, morning after pil
2)    Injeksi suntikan (DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules)
3)    Sub-kutis: implant (alat kontrasepsi bawah kulit= AKBK)   
2.Intra Uterine Device (IUD, AKDR)
3.Kontrasepsi mantap
1)    Pada wanita: Penyinaran (Radiasi Sinar-X), MOW,    penyumbatan tuba secara mekanis dan kimia.
2)    Pada pria:  MOP, penyumbatan vas deferens secara mekanis dan kimia.

KONTRASEPSI IMPLAN

1. Pengertian
Implan adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita (Speroff leon, 2005).

2. Jenis-jenis implan
1)    Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,diameter 2,4 mm, yang diisi dengan Levonogrgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2)    Implanon, terdiri dari 1batang putih lenturdengan panjang kira-kira 40 cm,diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3)    Jedena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

3. Cara Kerja Implan
1)    Lendir servik menjadi kental.
2)    Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
3)    Mengurangi transportasi sperma.
4)    Menekan ovulasi.
5)    Efektivitas, Sangat evektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)

4. Keuntungan
1)    Daya guna tinggi.
2)    Perlindungan jangka panjang(sampai 5 tahun).
3)    Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
4)    Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5)    Bebas dari pengaruh estrogen.
6)    Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7)    Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
8)    Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

5. Keterbatasan
1)    Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), meningkatnya jumlah darah haid (hipermenorea) dan amenorea.
2)    Keluhan nyeri kepala.
3)    Peningkatan atau penurunan berat badan.
4)    Nyeri payudara.
5)    Perasaan mual.
6)    Pusing atau sakit kepala.
7)    Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
8)    Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi atau pencabutan.

6. Yang Boleh menggunakan Implan
1)    Usia reproduksi.
2)    Telah memiliki anak ataupun yang belum.
3)    Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4)    Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5)    Pasca persalinan dan tidak menyusui.
6)    Pasca keguguran.
7)    Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
8)    Riwayat kehamilan ektopik.
9)    Tekanan darah <180 anemia="" atau="" bulan="" cell="" darah="" dengan="" masalah="" mmhg="" pembukaan="" sabit="" sickle="" span="">
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
11) Sering lupa menggunakan pil.

7. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
1)    Hamil atau diduga hamil.
2)    Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3)    Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4)    Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5)    Mioma uterus dan kanker payudara.
6)    Gangguan toleransi glukosa.

8. Waktu Mulai Menggunakan Implan
1)    Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak di perlukan metode kontrsepsi tambahan.
2)    Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrsepsi lain untuk 7 hari saja.
3)    Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalian, insersi dapat dilakukan  setiap saat. Bila menyusui penuh, klien ttidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
4)    Bila setiap 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunkan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
5)    Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini klien tersebut  tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
6)    Bila kontrasepsi terdahulu adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan, implan dapat di berikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik tersebut, tidak diperlukan kontrasepsi lain.
7)    Bila kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin mengganti dengan implan, dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seks selama 24 jam atau gunakan metode kontrasepsi lain setelah insersi. Implan segera di cabut.
8)    Pasca keguguran implan dapat segera diinsersikan.

9. Faktor-Faktor Rendahnya Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang ibu untuk tidak memilih alat kontrasepsi implant adalah adanya rasa takut karena adanya benda asing yang masuk kedalam lengan ibu, efek samping dan merasa tidak subur,  faktor ekonomi, faktor berikutnya yang cukup menonjol adalah telah mengalami menopause, pelayanan jarak jauh tidak tersedia provider dan faktor larangan suami dan budaya  dalam ber KB (Glasier, 2006).

Selain itu ada sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan dalam program keuarga berencana, antara lain:

1. Faktor sosial budaya.
Kebudayaan, masyarakat yang masih memegang teguh budaya setempat tidak akan mau menerima begitu saja segala sesuatu yang tidak sesuai dengan budaya yang selama ini diyakini, jadi kadang seseorang berfikir dua kali saat akan mengambil suatu tindakan.

Lingkungan, lingkungan yang kondusif dimana masyarakatnya sangat terbuka dan mudah menerima hal-hal baru akan dapat membuat seseorang mengambil sikap positif yang tepat sesuai yang diinginkan.

Dukungan dan peran serta keluarga dalam keikut sertaan akseptor kontrasepsi implant dapat meningkatkan kesiapan akseptor peran serta suami daapat ditunjukan dengan berbagai cara antara lain: dengan memberikan ketenangan kepada istri, dan bekerjasama dalam pemasangan.(Varney, 2007).

2. Faktor penghasilan suami.
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrsepsi yang diprlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Kontraspsi implant lebih mahal dari KB suntik atau pil atau kontrasepsi lain, tetapi kadang orang melihatnya dari beberapa biaya yang harus di keluarkan. Kalau patokannya adalah biaya, mungkin implant tampak jauh lebih mahal dari KB suntik ataupun pil.

Maka dari itu jika penghasilan suami tinggi maka suami akan mendukung pemakaian impalnt pada istri, dan apabila penghasilan suami rendah, maka suami akan memilih kontrasepsi yang murah dan digratiskan oleh pemerintah contohnya pil. (Varney, 2007)
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkankarena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyedikan dana yang diperlukan. Adapun tingkat menurut upah minimal regional penghasilan rendah ≤Rp1200.000,-/ bulan, tinggi ≥Rp.12000.000,-/ bulan. (UMR, 2013).

3. Faktor Pengetahuan.
 Merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, penginderaaan terhadap obyek terjadi melalui pasca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010).

4. Faktor Pendidikan.
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (varney, 2007).

Adapun jenjang pendidikan akseptor yang diteliti menurut Depdiknas, 2012 :
1)    Pendidikan Dasar (SD)
2)    Pendidikan Menengah (SMP-SMA)
3)    Pendidikan Tinggi (Diploma - Sarjana)
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai bagi yang dikenakan. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi juga akan memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang sarjana)

5. Faktor fisik.
 Kondisi-kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan; usia dan waktu “jam biologis” yang akan habis; gaya hidup tidak sehat(mis., alkoholisme, penyalahgunaan obat, merokok, bulimia, anoreksia, obesitas); penggunaan obat teratogenik (Varney, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
1.    Anggraini, Yetti dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana.Rehima.Press, Yogyakarta
2.    Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.Rieneka Cipta. Jakarta
3.    Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
4.    Dinkes Jatim, 2011. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2011- http://www.depkes.go.id/profil_Kesehatan_Prov_Kab/Profil_Kesehatan_jawa_timur_2011.pdf di akses tanggal 12-1-2013 , jam 09.07, hari Sabtu
5.    Dinkes Kabupaten Jombang. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Jombang-http://www.depkes .go.id/download/profil /Kabupaten_Jombang_2009.pdf  di akses tanggal tanggal 6-1-2013, hari Minggu
6.    Dinkes Kabupaten Jombang, 2010. Profil Kabupaten Jombang Tahun 2010-http://www.depkes.go.id /download/profil /Kabupaten_Jombang_2010.pdf diakses tanggal 6-1-2013 hari Minggu
7.    Dinkes Kabupaten Jombang, 2011. Profil Kabupaten Jombang Tahun 2011-http://www.depkes.go.id/download/profil/Kabupaten_Jombang_2011.pdf diakses tanggal 6-1-2013, hari Minggu
8.    Everet, Suzanne. 2007. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. EGC. Jakarta.
9.    Glasier, Anna. 2000. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
10. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga berencana dan Kontrasepsi Sinar Harapan, Anggota Ikapi Jakarta
11. Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Rieneka Cipta. Jakarta
12. Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia-http://www.depkes.go.id/download/Profil_data_kesehatan_indonesia _tahun_2011.pdf di akses tanggal 14-1-2013,hari Senin,jam 14.25.
13. Kullusaba. Darkan. 2012. pengertian-ekonomi. Http: //thedarkancokullusaba.blogspot.com, di akses tanggal 7-2-2012,hari Kamis, jam 10.15
14. Pemprovjatim. Provinsi Jatim, 2013. Upah Minimum Regional (UMR) 2013 – http: //www. PEMPROVJATIM go. id/ profil/ Provinsi_ Jatim_2013, di akses tanggal 10-2-2013, jam 07.39, hari minggu
15. Wikipedia. 2013. Http: //www. id / Kesehatan/ Jiwa/ Fisik, di akses tanggal 7-2-2013, jam 10.15, hari Kamis
16. Nurlaila, Anda. 2012. Di Jawa Timur KB Suntik Paling Favorit-http://ads.viva.co.id/ads/ di akses 12-1-2013,hari Sabtu, Jam 09.07
17. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Secara Umum. Http: //www. Cara-terbaru. Com/2012/11/.html, di akses tanggal 7-2-2013, jam 10.00, hari Kamis
18. Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan Manusia. Rieneka Cipta. Jakarta
19. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rieneka Cipta. Jakarta
20. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
21. Proverawati. Atikah. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi.Nuha Medika, Yogyakarta
22. Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan D3, D4, S1, S2. Nuha Medika. Yogyakarta
23. Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta
24. Widyatun, Tri Rusmini. 1999. Ilmu Perilaku. Fajar Interpratama. Jakarta
25. Wawan, A.2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta

1 komentar:

  1. Dokter, pengguna kontrasepsi implan kadangkala mengalami ketidak teraturan haid atau bahkan tidak terjadi sama sekali.. apakah ini akan berpengaruh pada kondisi metabolisme pengguna... Dan adakah batasan berapa maksimal pemakaian kontrasepsi ini? Trima kasih, mantap tulisannya..

    BalasHapus