PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Selasa, 04 Juni 2013

SEKILAS TENTANG RUBELA

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG RUBELA

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80 – 90 telah imun. Epidemi besar terjadisetiap 6 – 9 th. Penularan biasanya lewat kontak erat misalnya lewat sekolah / tempat kerja.

Rubella (atau biasa disebut campak Jerman) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penderita penyakit rubella kebanyakan anak-anak usia dini, sedangkan pada usia lanjut relative jarang ditemukan. Bahkan, banyak orang telah terkena rubella dalam bentuk ringan tidak pernah didiagnosis, hal ini disebut sebagai infeksi subklinis. Vaksinasi rubella kini memberikan dampak yang cukup baik karena efektif menurunkan angka penderita terutama bagi anak-anak.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk family Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan kejanin secara intra uterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapat tanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah, demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubella hanya mengancam janin.

Bila didapat saat kehamilan pertengahan pertama, makin awal (trimester pertama) ibu hamil terinfeksi rubella makin serius akibatnya pada bayi yaitu kematian janin intrauterin, abortus spontan, atau malformasi congenital pada sebagian besar organ tubuh (kelainan bawaan): katarak, lesi jantung, hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningo-ensefalitis, khorioretinitis, hidrosefalus, miokarditis, dan lesi tulang. Sedangkan infeksi setelah masa itu dapat menimbulkan gejala subklinik misalnya khorioretinitis bertahun-tahun setelah bayi lahir (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).

2.         Tujuan Umum
1)    Menjelaskan tentang Pengertian Rubella
2)    Menjelaskan tentang Etiologi Rubella
3)    Menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Rubella
4)    Menjelaskan tentang Diagnosis Rubella
5)    Menjelaskan tentang Cara penularan Rubella
6)    Menjelaskan tentang Pengaruh Rubella terhadap kehamilan dan pada Janin
7)    Menjelaskan tentang Pencegahan Rubella
8)    Menjelaskan tentang Penatalaksanaan Rubella

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a.         Faktor agent
Agent biotis penyakit Rubella adalah virus Rubella suatu virus RNA dari golongan Togavirus.

b. Faktorhost
Pada penyakit campak jerman adalah manusia yang meliputi jenis kelamin, umur dan pertahanan tubuh.
1)    Petugas rumah sakit yang kontak dengan anak kecil yang menderita penyakit rubella
2)    Ibuhamil yang menderita penyakit rubella
3)    Bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella

c.Faktor Environment
Dalam penyakit campak, udara termasuk dalam lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi penularan penyakit ini.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
1)    Cuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja bagi tenaga kesehatan yang kontak langsung dengan penderita rubella.
2)    Gunakan pelindung diri (masker, pakaiankerja)
3)    Imunisasi
4)    Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan istirahat cukup serta olahraga teratur.


d.faktor port of entry end exit
Dimulai dengan pintu masuk (port d’ entrée) kuman dan dengan pintu keluar (port d’ exit) yang biasanya sebuah tetapi kadang-kadang dapat bersifat multiple Banyak. Pintu keluar yang penting adalah saluran nafas,saluran cerna,kulit/luka dan darah

e. Factor Transmisi
Virus Rubella ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya ruam (bercak merah) pada kulit.  Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak memunculkan gejala masih bias menyebarkan virus.

Penularan virus rubella melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan virema fetal.

Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 ± 50 %dan sebanyak dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.

BAB III PEMBAHASAN

1. Pencegahan Rubella
1.Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). Vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan.

2.Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital, oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti – rubella IgG dan anti – rubella Ig M.
1)    Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.
2)    Jika anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan.
3)    Jika anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun terlindungi dari ancaman virus rubella.
4)    Jika belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti – Rubella IgG positif),, maka :
a.    Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter
b.    Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh
c.    Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubella maka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sangat penting. ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain reaction).
d.    Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin. Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu.
e.    Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.

2. Penatalaksanaan Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.

Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.

Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.

1. Imunitas selama kehamilan :
a)    Kehamilan : penurunan fungsi kekebalan yang bersifat “cell mediated”
b)    Infeksi virus pada wanita hamil akan memperlihatkan gejala yang lebih berat disbanding tidak hamil ( infeksi poliomyelitis, cacar air / chicken pox )
c)    Sistemkekebalan yang masih belum matang pada janin akan menyebabkan janin atau neonates lebih rentan terhadap komplikasi yang diakibatkan infeksi virus

2. Terapi antivirus
a)    Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
b)    Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
c)    Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
d)    Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan: Amantadine dan Ribavirin

3. Pencegahan aktif dan pasif
a)    Vaksin dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan termasuk polio oral, MMR (measles – mumps – rubella), varicella
b)    Vaksindengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh digunakan selama kehamilan
4. Penatalaksanaan Selama Bersalin

1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a)    Melibatkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu
b)    Memberi ibu rasa aman dan nyaman
c)    Menganjurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya.

2. Memenuhi cairan dan nutrisi ibu
a)    Memasang cairan infus
b)    Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup.
c)    Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum yang cukup

3. Memberi dukungan psiklogis
a)    Menganjurkan ibu untuk tetap tenang, bersitigfar, dan berdoa
b)    Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik.
c)    Melibatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berlebihan.

5. Mengevaluasi hasil konsepsi, kontraksi uterus dan tanda-tanda vital.

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan apabila terjadi komplikasi.

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rubella adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (rubella), dikenal juga dengan nama German measles atau campak Jerman atau campak tiga hari. Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College Obstrician and gynecologis, 1981). Resiko sindroma rubella congenital turun menjadi 1% bila infeksi terjadi pada trimester II dan III.


3.2 Saran

Sebaiknya kita lebih mempelajari ciri-ciri dari penyakit ini, karena apabila masih sulit dalam membedakannya, kita dapat salah mengambil tindakan. Walaupun symptom antara Toxoplasma dengan Rubella hampir sama, tapi infeksi yang ditimbulkan berbeda serta cara pengobatan dan langkah yang perlu diambil pun berbeda. Maka disini kita perlu ketelitian dalam membedakannya.
Perlunya catatan secara berkala mengenai penyakit-penyakit ini, agar kita dapat memantau sejauh mana penyakit ini berkembang dan dapat atau tidaknya menyebabkan KLB, serta dapat melakukan program pencegahan terhadap penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Chahaya, Iindra. 2003. Epidemiologi “Toxoplasma Gondii”. Medan: Bagian Kesehatan Lingkungan FKM USU. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-indra%20c4.pdf
  2. Subekti, Didik T. 2005. Perkembangan Kasus Dan Teknologi Diagnosis Toksoplasmosis. Yogyakarta: FKH UGM. http://peternakan. litbang. deptan.go.id/ fullteks/lokakarya/ lkzo05-41.pdf
  3. Nurfidak.2006. Imunopatogenesis Toxoplasma Gondii Berdasarkan Perbedaan Galur.Medan  : FK USU.http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/ wazo163-3.pdf
  4. http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2011/07/profil-2010-kab-sleman-.pdf
  5. Depkes. 2011.Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar