PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Selasa, 15 Oktober 2013

PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN

Dr. Suparyanto, M.Kes


PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN

1.3. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Masyarakat atau anggota masyarakat pada umumnya mempunyai perilaku yang berbeda-beda terkait dengan sakit dan penyakit. Perilaku tersebut tercermin dalam respons yang dilakukan apabila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit mulai dari tidak bertindak atau hingga tidak melakukan apa-apa. Berikut adalah perilaku masyarakat dalam mencari yankes untuk mengobati sakit yang dideritanya :
a.      Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action).
Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Anggapan bahwa tanpa bertindak  gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya, fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya,  dan sebagainya.

b.      Tindakan mengobati sendiri (self treatment)
Alasan   orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri, dan  karena pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.



c.      Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy).
Masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibandingdengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat dari pada hal-hal yang dianggapnya masih asing.
Dukun  yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obatnya juga merupakan kebudayaan mereka.
d.      Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ketukang-tukang jamu.
Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat  yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol.
e.      Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
f.       Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit sangat berbeda pada setiap individu, kelompok dan masyarakat.  Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan perbedaan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan, Notoatmodjo (2007:206)




Tahap Penundaan Pencarian Bantuan
*        Appraisal delay : waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui bahwa gejala tersebut serius.
*        Illness delay : jarak waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui bahwa gejala tersebut merupakan gejala penyakit dan keputusan untuk mencari pengobatan.
*        Utilization delay : waktu antara keputusan untuk mencari pengobatan dan pelaksanaannya.

Alasan untuk Berbagai Tahap Penundaan
*        Tidak adanya rasa sakit.
*        Tidak mengetahui bahwa gejala itu serius.
*        Biaya pengobatan.
*        Kesibukan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta.
  2. Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
  3. Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.
  4. Go Nursing. 2008.  Keperawatan Keluarga Sebuah Pengantar. http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/07/keperawatan-keluarga-sebuah-pengantar/.
  5. Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  6. Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC
  7. Tri Kurniawati, Irma. 2008. “ Gambaran Pemanfaatan-Literatur”. www.lontar.ui.ac.id.
  8. http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-sakit.html
  9. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3747/1/fkm-juanita5.pdf)
  10. http://www.scribd.com/doc/75657031/DINAMIKA-KELUARGA
  11. http://hikmatpembaharuan.wordpress.com/
  12. http://rizkipkip.blogspot.com/2013/05/perilaku-pencarian-pelayanan-kesehatan.html
  13. http://g00dlucky.blogspot.com/2013/04/perilaku-pencarian-pelayanan-kesehatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar