PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 14 Maret 2014

TEKNIK RELAKSASI PERSALINAN

Dr. Suparyanto, M.Kes



TEKNIK RELAKSASI PERSALINAN

1.    Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Rustam, 2006)
Persalinan dan kehamilan merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan (Sumarah, 2009).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sumarah, 2009)
Partus abnormal adalah bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi atau ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominal dengan sectio cesarea (Sarwono, 2007).

2.    Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
a)    Jalan lahir (passage)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak kurang penting adalah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukkan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
b)    Janin (passager)
     Posisi janin yang dapat memperpanjang kala II misalnya posisi oksiput posterior atau oksiput transversal menetap.
c)    Tenaga atau kekuatan (power)
1) His (kontraksi uterus).
2)Kontraksi otot-otot dinding perut.
         3) Kontraksi diafragma.
4)Ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
d)    Mengejan
    Mengejan terfokus dapat menyebabkan kemajuan persalinan hanya sedikit. Hal ini terjadi ketika mata terpejam kuat-kuat, berteriak t erus-menerus dan tidak ada atau sedikit kemajuan yang tampak setelah 20 atau 30 menit.
e)    .Psikis wanita/ibu
     Kondisi psikis wanita misalnya perasaan cemas akan mempengaruhi lamanya persalinan misalnya dalam hal mengejan yang tidak efisien.
f)     Penolong
     Kesiapan penolong dalam hal peralatan dan pemilihan tindakan yang tepat dan cepat akan mempengaruhi kelancaran proses persalinan.
1.2.2      Tanda yang menunjukkan bahwa saat persalinan semakin mendekat
Tabel 2.2 Tanda persalinan
No
Tanda
Artinya
Kapan
1.
perasaan seperti bayi telah turun ke bawah
lightening, yaitu turunnya bayi. kepala bayi telah masuk ke dalam panggul ibu
Mulai dari beberapa minggu sampai beberapa jam sebelum persalinan dimulai
2.
Keluar cairan dari vagina (jernih,  berwarna pink atau sedikit mengandung darah)
show, yaitu lendir kental yang tertimbun di serviks selama kehamilan. ketika serviks mulai berdilatasi, lendir ini terdorong ke dalam vagina
Beberapa hari sebelum persalinan dimulai atau pada awal persalinan
3.
keluar cairan encer yang memancar atau mengucur dari vagina
selaput ketuban pecah, yaitu pecahnya kantung berisi cairan yang mengelilingi bayi selama dalam kandungan
mulai dari beberapa jam sebelum persalinan dimulai sampai setiap saat selama persalinan
4.
Pola kram yang teratur, yang mungkin dirasakan sebagai nyeri punggung atau kram menstruasi
kontraksi, yaitu mengkerut dan mengendurnya rahim. semakin dekat saat persalinan, kontraksi ini semakin kuat dan bisa menyebabkan nyeri karena serviks membuka dan bayi bergerak di sepanjang jalan lahir
pada awal persalinan



3.    Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling mengahargai budaya,keprcayaan dan keingina dari pasien dalam hal ini ibu.teknik yang paling mudah untuk membayangkan asuhan saying ibu adalah menayakan pada diri kita sendiri,”Asuhan seperti inikah yang ingin saya dapatkan?”
Salah satu prinsip dasar asuhan saying ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama  proses persalinan dan kelahiran bayi.banyak hasil penelitian menujukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik(Enkin,et all,2010). Selain itu jg disebutkan asuhan tersebut mengurangii jumlah persalinan dengan tindakan seperti ekstaksi vakum,cunam,seksio sesarea dan persalinan juga berlangsung lebih cepat (Enkin et all,2010).
Adalah mencegah terjadinya komplikasi.hal ini merupakan suatu pergeseran paradigm dari sikap menunggu dan menagani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angkah kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar pesalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut msih belum memadai.
Tujuan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,melalui berbagai upaya yang terintergasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayan dapat terjaga pada tingat yang optimal
Kegiatan yang tercangkup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagi berikut.
a.    Secara kosisten dan sistemaitik menggunakan praktik pecegahan infeksi,misalya mencuci tangan secara rutin,menggunakan sarung tangan sesuai dengan yang diharapkan,menjaga lingkungan yang berisih  bagi proses persalinan dan kelahiran bayi,serta menerapkan standat proses peralatan.
b.    Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir,termasuk penggunaan patograf. Patograf digunakan sebagi alat bantu untuk membuat sesuatu keputusan klinik,berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai.
c.    Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,pascapersalinan,dan nifas,termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para suami dan kerabat untuk turut berpatisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
d.    Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.
e.    Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya,seperti episiotomy rutin,aminiotomi, kateterisasi, dan penghisapan lender secara rutin sebagai upaya untuk mencegah pendrahan pascapersalinan.
f.     Memberikan asuhan bayi baru lahir,termasuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi,memberikan ASI secara dini, mengenal sejak dini komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat secara rutin.
g.    Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir,termasuk dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman ,mengenal sejak dini komplikasi pascapersalin dan mengambil tindakan yang sesuia dengan kebutuhan.
h.    Mengajarkan kepada ibu dan keluarga untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru lahir.
i.      Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Bayak hasil penelitian menunjukakkan bahwa jika para ibu diperhatikan  dan diberi dukungan Selma persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman  dan keluaran yang lebih baik,antara lain,juga disebutkan bahwa asuhan tersebutdapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan ,seperti ekstaksi vakum,forceps dan seksio sesarea.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:
1.   Panggil ibu sesuai namanya,hargai, dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2.   Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
3.   Jelaskan proses persalinan pada persalinan pada ibu dan keluarganya.
4.   Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
5.   Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawtiran ibu
6.   Berikan dukungan,besarkan hatinya,dan tentramkan perasaan ibu berserta anggota keluarga lainya.
7.   Anjurkan ibu untuk ditemenin suami dan anggota keluarga yang lain.
8.   Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana hatmempeikan dan mendukung ibuselam persalin dan kelahiran bayinya.
9.   Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan kosisten.
10.   Hargai privasi ibu.
11.   Anjurkan ibu untuk mencoba barbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
12.   Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkanya.
13.   Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberikan pangaruh merugihkan.
14.   Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan klisma.
15.   Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16.   Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
17.   Siapkan rencana rujukan.
Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan,perlengakapan,dan obat-obatan yang diperlukan, siap untuk  melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

4.    Kala Dalam Persalinan
a. Persalinan Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (bloody show), karena sevik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahan pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika servik mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase:
1.    Fase laten        :Pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2.    Fase aktif         :Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
a.    Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b.    Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c.    Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).


 


       
                                          Gambar 2.1 Servikogram
b.  Persalinan Kala II : Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya seluruh janin. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala II. Tanda dan gejala kala II adalah :
    1. Ibu ingin meneran
    2. Perineum menonjol
    3. Anus dan vulva membuka
    4.Pengeluaran lendir darah bertambah banyak
    5.Kepala telah turun didasar panggul
Pada primigravida kala II berlangsung ± 1,5 jam dan pada multrigravida ± ½ jam.
c.Persalinan Kala III : setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.
d.   Kala IV : adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan postpartum.
7      pokok penting yang harus diperhatikan pada kala IV :
1.Kontraksi uterus harus baik
2.Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3.Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4.Kandung kencing harus kosong
5.Luka - luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6.Resume keadaan umum bayi, dan Resume keadaan umum ibu (Rustam, 2006)
2.3 Konsep Relaksasi 
     2.3.1 Pengertian  Relaksasi
Relaksasi adalah seni melepaskan ketegangan otot yang merupakan kunci dari kenyamanan selama persalinan. (Simkin, dkk, 2007)
Teknik relaksasi dapat mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi  ibu terhadap rasa nyeri. (Henderson, Jones, 2005)
    2.3.2 Teknik  Relaksasi
            Tahap awal untuk belajar relaks adalah menyadari  bagaimana rasanya tubuh dan  pikiran ketika sedang beristirahat. Pola pernapasan menjadi lambat dan merata,  dengan sedikit jeda di antara setiap penarikan dan pengeluaran napas. Jenis  pernapasan ini akan membantu dalam melakukan relaksasi selama persalinan. Tahap  berikutnya adalah belajar mengenali ketegangan otot. Teknik berikut akan membuat  menurunkan ketegangan selama persalinan.
            Menurut Penny Simkin, dkk, 2007, ada tiga teknik relaksasi, yaitu sebagai berikut :
a.Relaksasi Pasif
      Dilakukan dengan memusatkan perhatian pada berbagai bagian tubuh dan dengan  melepaskan ketegangan pada setiap bagian tubuh sehingga akan mencapai  keadaan relaksasi yang mendalam baik pikiran maupun tubuh. Teknik ini dilakukan  dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Cari posisi berbaring yang nyaman baik berbaring miring atau semi-duduk, dengan  kepala dan seluruh anggota gerak didukung oleh lantai atau tempat tidur dan  bantal
2.    Tarik napas panjang
3.    Pusatkan ke arah bawah ke ibu jari kaki. Rasakan betapa relaks.
4.    Bayangkan pergelangan kaki menjadi kendur dan lemas.
5.    Pada betis, biarkan otot-otot betis relaks, kendur dan lunak.
6.    Pusatkan pada lutut. Lutut tertopang dan relaks, tidak menahan tungkai kaki pada  posisi apapun. Lutut akan terasa sangat nyaman dan kendur.
7.    Biarkan otot-otot paha mengendur. Otot terasa lunak dan berat, dan paha tertopang secara menyeluruh.
8.    Untuk daerah bokong dan perineum, bayangkan rasanya lunak dan nyaman. Biarkan diri relaks, memberi kesempatan bagi perineum untuk relaks dan membuka jalan si bayi.
9.    Pada punggung bagian bawah, bayangkan bahwa seseorang sedang menggosok  punggung anda. Otot-otot punggung bahwa relaks karena sentuhan tersebut dan  punggung bagian bahwa terasa nyaman.
10.  Biarkan pikiran pada pindah ke perut. Kendurkan otot-otot perut. Biarkan perut  naik dan turun sewaktu menarik napas dan mengeluarkan napas.
11.  Pada  daerah dada, sewaktu menarik napas, dada mengembang dengan mudah,  membuat tempat untuk udara. Sewaktu mengeluarkan napas, dada relaks untuk  membantu mengalirkan udara ke luar. Bernapaslah dengan nyaman dan  perlahan, hampir seperti pernapasan waktu tidur. Pernapasan ini akan membantu  lebih relaks.
12.  Untuk daerah bahu, bayangkan bahu dan punggung bagian atas sedang dipijat.  Relakskan dan lepaskan ketegangan.
13.  Pusatkan pada lengan, sewaktu mengeluarkan napas, biarakan lengan terletak  lemas disamping tubuh.
14.  Daerah bahu, semua otot pada leher umumnya lunak karena tidak berfungsi  menahan kepala ditempatnya. Kepala cukup berat dan tertopang secara total  sehingga leher relaks.
15.  Pusatkan pada bibir dan rahang. Keduanya lemas dan relaks, tidak perlu  menahan mulut dalam keadaan terbuka atau menutup.
16.  Pusatkan pada mata dan kelopak mata. Tidak menahan mata dalam keadaan  terbuka atau  menutup. Mata bergerak sesuai dengan keinginannya.
17.  Pusatkan pada alis dan kulit kepala. Bayangkan relaksnya, kendurkan, bentuk ekspresi yang tenang dan damai.
18.  Memusatkan diri pada pencapaian positif untuk setiap kontraksi dan melewati  kontraksi tersebut.
b.    Relaksasi  Sentuhan
Pada persalinan relaksasi sentuhan akan merelakskan atau mengendurkan  otot-otot yang tegang dengan menggunakan sentuhan, usapan, atau pijatan orang  yang menemani saat persalinan sebagai isyarat nonverbal untuk relaks.
Relaksasi sentuhan akan sangat membantu bukan saja karena tekanan  sentuhan itu sendiri yang memberi kenyamanan tetapi juga karena kontak fisik  dengan seseorang yang peduli dan berusaha keras membantu ibu meredakan nyeri.  (Nolan, 2003)
            Beberapa jenis relaksasi sentuhan antara lain:
1. Sentuhan diam
Pasangan menahan tangannya dengan kuat di tempat sampai ibu merasakan  relaks.
2.Tekanan Kuat
Pasangan memberi tekanan dengan ujung jari atau seluruh telapak tangannya  pada daerah yang tegang, lalu berangsur-angsur melepas tekanan.
3.    Mengusap
Pasangan mengusap dengan ringan dan kuat daerah yang tegang.
4.    Memijat
Pasangan menggosok atau menekan dengan kuat otot-otot yang tegang,  umumnya digunakan untuk daerah punggung dan leher.

c.    Relaksasi Aktif
D            igunakan untuk menghadapi persalinan yang menggunakan berbagai posisi  dan aktif secara fisik untuk mendapatkan perasaan relaks dan kondisi mental pada  keadaan aktif. Mempaktekan relaksasi dalam berbagai posisi berdiri (tegak atau  bersandar ke dinding atau pasangan), duduk, setengah duduk, atau merangkak,  berlutut dengan kepala dan bahu bersandar di kursi, berjongkok, dan berbaring  menyamping. Dengan berlatih pada berbagai posisi akan mampu relaks dengan  efektif selama persalinan. Dengan membayangkan sensasi kontraksi persalinan  kuat, dapat membuat setiap sesi pelatihan mirip seperti persalinan yang  sesungguhnya.
2.3.4  Manfaat Relaksasi
       Menurut Penny Simkin, 2007, selama persalinan, relaksasi membantu melakukan hal berikut:
a. Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan  
Jika ibu tidak secara sadar merelaksasikan otot-otot, ibu cenderung membuat otot  tegang selama kontraksi. Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,  memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen kerahim dan bayi, serta  membuat lelah.
    b. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang selanjutnya membantu mengurangi  respon stres. Konsentrasi mental yang terjadi saat merelakskan otot membantu  mengalihkan perhatian dari rasa sakit waktu kontraksi. Hal tersebut akan  mengurangi  kesadaran akan rasa sakit.
a.    Mengurangi Nyeri
Relaksasi mengurangi ketegangan otot yang mengintensifkan nyeri selama  persalinan. Juga memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal  untuk  rahim yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim  berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen. 

DAFTAR PUSTAKA

1.       Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
2.    Aziz A. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Rineka Cipta.
3.    Azwar S. 2003. Metodologi Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
4.    Dina, 2007, Psikologi Kebidanan Wanita Untuk Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta
5.    Enkin. 2010. Asuhan Sayang Ibu. Jakarta: Salemba Medika.
6.    Hidayat  A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
7.    Mander R. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC.
8.    Nolan M. 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan.
9.    Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
10.  Notoadmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineke Cipta.
11.  Notoadmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.
12.  Perry, Potter. 2010. Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika.
13.  Simkin P, dkk. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta: Arcan.
14.  Solikhah U. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
15.  Sumarah. 2009. Asuhan Persalinan dan Kehamilan. Jakarta: EGC.
16.  Rustam. 2006. Asuhan Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
17.  Saifudin, Abdulbari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarya : YBP-SP.
18.  DepKes. 2006. Angka Kematian Ibu Menurut Depkes.http://j3ffunk.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013
19.  DepKes. 2006. Prevelensi Nyeri Persalinan di Indonesia. http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
20.  LB3KIA. 2006. Prevalensi Nyeri Persalinan di Jawa Timur.  http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
21.  Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridarsa Printer.
22.  Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 71-80.
23.  WHO. 2009. Angka Kematian Ibu Menurut WHO. http://www.antaranews.com diakses pada tanggal 15 Januari 2013.