PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Rabu, 12 Maret 2014

PERILAKU SEHAT

Dr. Suparyanto, M.Kes



PERILAKU SEHAT
1.      Pengertian Perilaku Sehat
Perilaku adalah kegiatan manusia atau makhluk hidup lain yang dapat dilihat secara langsung pada waktu tertentu di satu tempat tertentu . Sedangkan perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan (Ircham, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010), Perilaku sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab masalah kesehatan dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan. Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minuman keras (Notoatmodjo, 2010).  Sedangkan menurut Sunaryo (2004) Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
2.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
1.    Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal
untuk berkelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen). Antara lain :
a.    Jenis ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya.
b.    Jenis kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari–hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminim.
c.    Sifat fisik
Perilaku individu akan berbeda beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d.   Sifat kepribadian
Pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Marasmis (1999) adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya. Sedangkan kepribadian menurut masyarakat awam adalah bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya.
e.    Bakat pembawaan
Menurut Notoatmodjo (1997) bakat merupakan kemampuan Individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
f.     Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak . Intelegensi
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Individu yang intelegen yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
2.    Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
a.    Faktor lingkungan
Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
b.    Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat menjadi dapat.
c.    Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu.
d.   Sosial ekonomi
Keluarga yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut.
e.    Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, serta dari hasil budi dan karyanya itu. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia. Hasil kebudayaan manusia akan memengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
3.    Faktor-faktor lain
a.    Susunan saraf pusat
Memegang peranan penting karena merupakan sarana untuk memindahkan energi yang berasal dari stimulus melalui neuron ke simpul saraf tepi yang seterusnya akan berubah menjadi perilaku.
b.    Persepsi
Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui pancaindra, yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Melalui persepsi dapat diketahui perubahan perilaku seseorang.
c.    Emosi
Emosi adalah manifestasi perasaan atau efek keluar disertai banyak komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama. Perilaku individu dapat dipengaruhi emosi. Aspek psikologis yang memengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani.
3.      Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Dalam teori Snehandu B. Kar (1983) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan yaitu :
1.    Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors)
Faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2.    Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor pendukung  yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia, atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya: puskesmas, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya
3.    Faktor-faktor pendorong (renforcing factors)
Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :


B = f ( PF, EF, RF)
 
 
  
Di mana :
B : Behaviour                                        RF: Reinforcing factors
PF: Predisposing factors                        f: fungsi
EF: Enabling Factors    
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

4.      Klasifikasi Perilaku Sehat
Klasifikasi perilaku sehat menurut Notoatmodjo (2007) yaitu :
1.    Makan dengan menu seimbang.
Menu seimbang (approriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
2.    Olahraga teratur
Olahraga teratur juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3.    Tidak merokok
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya Indonesia, seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
4.    Tidak minum-minuman alkohol
Kebiasaan minum alkohol cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum-minuan alkohol dan makin meningkat pula.
5.    Istirahat yang cukup.
Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan. Istirahat cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
6.    Pengendalian atau manajemen stres
Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stress tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental (Notoatmodjo,2010). Kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
7.    Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
Perilaku atau gaya hidup lain yang baik untuk kesehatan, yang intinya adalah tindakan atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo,2010).
5.      Perilaku Sehat dan Tekanan Darah Pada Hipertensi
Menurut Rusdi (2009), beberapa hal yang diperhatikan perilaku sehat dan tekanan darah hipertensi :

1.    Perilaku Sehat Hipertensi dengan Melakukan Olahraga
Kebiasaan melakukan olahraga sangat baik untuk mengantisipasi terjadinya hipertensi, Aktivitas fisik yang teratur dan cukup dapat menguatkan otot jantung sehingga jantung dapat memompa lebih banyak darah dengan usaha minimal efeknya kerja jantung menjadi lebih ringan sehingga kerja jantung menjadi lebih ringan sehingga hambatan pada dinding arteri berkurang. Dengan demikian berefek pada perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi (Junaidi, 2010). Olahraga yang dinilai baik untuk mengantisipasi hipertensi, diantaranya olahraga yang bersifat isotonik.
Dengan membiasakan diri melakukan olahraga isotonik, maka tubuh kita mampu menyusutkan hormon-hormon lain (Hormon angiotensis) yang menjadi penyebab menciutnya pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan turunnya tekanan darah. Olahraga isotonik dapat meningkatkan kemampuan jantung, otot- otot tubuh, dan paru-paru. Olahraga jenis ini meliputi jalan kaki (Berjalan kaki minimal 3 kilometer selama sekitar 30 menit sehari), Joging (dapat dilakukan sama seperti jalan kaki, dengan jarak sekitar 3 kilometer selama 20 menit sehari), Lain-lain: senam. Penderita hipertensi, sebaiknya menghindari olahraga dengan mengangkat beban maupun olahraga yang berat-berat lainnya. Olahraga yang berat merupakan olahraga jenis isometrik yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah (Rusdi, 2009).
2.    Perilaku Sehat Dengan Memperhatikan Makanan dengan Menu Seimbang
Makanan seimbang adalah konsumsi makanan bergizi seimbang yang dibutuhkan tubuh agar sehat. Makanan ini mengutamakan makan banyak gandum yang intinya karbohidrat komplek, buah, sayur yang intinya serat dan produk susu rendah kalori. Mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran yang tinggi potasiumnya seperti kacang-kacangan. Potasium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Buah-buahan dan sayuran yang tinggi seratnya juga mempunyai kemampuan untuk menurunkan tekanan darah.
Manfaat makanan seimbang pada tekanan darah antara lain: Dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, baik yang sistolik maupun diastolik, sehingga menggantikan pemakaian obat hipertensi dalam batas tertentu, Dapat menurunkan berat badan, akan memperkaya kalium, kalsium, magnesium, membantu mengendalikan hipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskuler. (santoso, 2010). Menu makanan untuk hipertensi terdiri atas bahan makanan yang merupakan sumber kalium, kalsium, magnesium, serat makanan dan sayuran, buah, dan susu, serta membatasi lemak jenuh, kolesterol, garam, gula, kopi, dan minuman keras (Widian, 2009).
Makanan Rendah Garam
Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium. Natrium bersifat mengikat air pada saat air. Pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah meningkat, kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan darah pasti juga meningkat. Seorang makan dengan rendah garam, natrium yang bersifat mengikat air, air tidak terserap kedalam intravaskuler sehingga volume darah tidak meningkat akibatnya tekanan darah tidak meningkat (Widian, 2009)
Makanan  rendah kolestrol
Kolesterol adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan tubuh. Unsur ini dibutuhkan untuk pembentukan hormon kartikoid, hormon testosteron pada laki-laki dan esterogen wanita, pada anak dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel otaknya. Kolesterol LDL berbahaya dan sering disebut kolesterol jahat. Kolesterol ini mengangkut kolesterol paling banyak dalam darah. Kolesterol HDL dan LDL mempunyai fungsi saling berlawanan.
LDL dan HDL harus pada keseimbangan dinamik. Saat terjadi ketidakseimbangan, dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri, membuat pembuluh darah menyempit dan menghalangi aliran darah terjadi peningkatan tekanan darah. Seorang yang makan rendah kolesterol akan terjadi keseimbangan HDL dan LDL sehingga pengendapan kolesterol dalam arteri menurun, membuat pembuluh darah mengendor (vasodilatasi) dan aliran darah lancar, akibatnya tekanan darah tidak meningkat (Widian, 2010).
Makanan Tinggi Serat
Serat dibutuhkan untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Tujuan diet tinggi serat ini adalah untuk menghindari kelebihan lemak, lemak jenuh dan kolesterol, menghindari kelebihan gula dan natrium, serta membantu mengontrol berat badan. Konsumsi serat untuk setiap garam dapat menurunkan kolesterol LDL rata – rata 2,2mg /dl. Pergantian pola makan dari serat rendah ke serat tinggi dapat menurunkan berat badan dan mencegah kegemukan. Kadar kolesterol dan kegemukan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi (widian, 2010).
3.    Perilaku Sehat Hipertensi dengan Mengurangi Merokok
Kebiasaan merokok seharusnya dihentikan oleh penderita hipertensi.
karena zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat merangsang sekresi adrenalin sehingga meningkatkan pelepasan epineprin, yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Selain itu, zat lain dalam rokok karbonmonoksida (CO), yang menyebabkan berkurangnya kadar oksigen akibatnya jantung akan bekerja lebih berat (Junaidi, 2010). Seorang yang mengurangi merokok maka tidak ada zat nikotin yang masuk kedalam tubuh, tidak merangsang sekresi adrenalin dan pelepasan epineprin menurun akibatnya tidak terjadi penyempitan dinding arteri (vasodilatasi) sehingga terjadi perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Selain mengurangi nikotin dapat mengurangi karbon monoksida (CO) sehingga kadar oksigen dalam darah tidak berkurang, jantung tidak bekerja lebih berat (ringan).
4.    Perilaku Sehat dengan Mengurangi Minuman Beralkohol
Selain mengurangi kebiasaan merokok mengurangi penggunaan alkohol  juga berefek pada tekanan darah pada penderita hipertensi karena mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat mengganggu dan merusak fungsi beberapa organ. Salah satu diantaranya adalah hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga mempengaruhi kinerja atau fungsi jantung. Hal itu terjadi karena alkohol merangsang dilepaskannya epinefrin atau adrenalin, yang membuat arteri menciut dan menyebabkan penimbunan air dan natrium (Junaidi, 2010).
Seorang yang mengurangi alkohol tidak merangsang sekresi adrenalin sehingga terjadi penurunan pelepasan epineprin dan arteri tidak menciut (vasodilatasi) yang akibatnya tekanan darah tidak naik. Karena semakin banyak mengkonsumsi alkohol semakin tinggi tekanan darah dan semakin cenderung mendapatkan hipertensi.
5.    Perilaku Sehat  Hipertensi dengan Mengendalikan Stres
Perubahan rutinitas hidup dan teknik relaksasi bisa membantu dalam mengatasi stress dan juga dapat memengaruhi fungsi-fungsi tubuh yang bekerja otomatis. Hubungan antara stress dan hipertensi terjadi akibat aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat beraktivitas). Aktivitas saraf simpatis yang bekerja secara aktif dan meningkat, hormon epinefrin akan dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri vasokontriksi dan meningkatkan denyut jantung (santoso, 2010).
Menghindari  stress membuat aktivitas saraf simpatis menurun sehingga tidak mengaktifkan medulla adrenal, tidak merangsang sekresi adrenalin akibatnya pelepasan epineprin menurun dan terjadi vasodilatasi. Menghindari stress sangat dibutuhkan agar tekanan darah tidak naik. Selain itu tindakan untuk meredakan stress pada orang hipertensi seperti :
a.    Menerima keadaan
Dapat menguasai diri dan menerima lapang dada hipertensi yang dialaminya. Harus tetap hidup dengan santai dan tidak terus menerus merasa khawatir dan takut. Jalani hidup sebagaimana layaknya.
b.    Melakukan aktivitas yang baik untuk kesehatan
Aktivitas di luar rumah yang baik untuk dilakukan adalah berjalan
kaki, berkebun, membersihkan rumah, serta berolahraga isotonik. Sedangkan aktivitas dalam rumah yang baik adalah melakukan kegiatan yang menjadi hobi anda seperti melakukan kerajinan tangan, membaca, menonton televisi, mengobrol, atau sekedar duduk saja.
c.    Pastikan iman tetap teguh
Salah satu pencetus stres adalah karena orang merasa ditinggalkan Tuhan dan atau karena mereka meragukan kemampuan Tuhan untuk melindungi dan memelihara hidup mereka. Umumnya jika seseorang memiliki iman yang teguh, ia akan dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang, dan menghindari stres yang berlebihan. 
d.   Teknik relaksasi
Seperti meditasi, latihan pernapasan dalam, rileksasi otot progresif, dan sebagainya. Respon relaksasi bekerja lebih dominan pada sistem saraf parasimpatik, sehingga mengendorkan saraf yang tegang. Saraf parasimpatik berfungsi mengendalikan fungsi pencernaan, pernapasan, dan denyut jantung untuk membuat tubuh rileks. Kerja saraf simpatik juga dapat dihambat akibatnya menurunkan keadaan tegang. Ketika respon relaksasi dirasakan oleh tubuh akan memperlambat detak jantung sehingga denyutnya dalam memompa darah keseluruh tubuh menjadi lebih efektif. Selain itu tekanan darah menurun, kecepatan pernapasan berkurang, dan kadar gula kembali normal (Junaidi, 2010).
6.    Perilaku Sehat Hipertensi dengan Istirahat yang Cukup
Kurang istirahat tentu membuat seseorang cenderung stress, dan stress membuat seseorang tidak dapat istirahat dengan nyenyak. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membantu mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah yang mengandung oksigen.
Tekanan darah dipengaruhi oleh secara sistem otonom yakni simpatis dan parasimpatis pada orang yang istirahatnya kurang didapatkan peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis (Deshinta, 2009). Sebaiknya seorang yang hipertensi harus mengatur jadwal untuk istirahatnya agar aktivitas simpatis menurun dan aktivitas parasimpatis meningkat (Stanly, 2006).
7.      Perilaku atau Gaya Hidup Positif Yang Lain Untuk Kesehatan
Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan yang intinya untuk meningkatkan kesehatan seperti membatasi konsumsi kafein. Kafein merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan tekanan darah dan terdapat dalam kopi, teh, coklat, dan soft drink. Efek kafein bisa meningkatkan tekanan darah pada sebagaian orang. Cara kafein meningkatkan tekanan darah adalah merangsang kelenjar adrenal melepaskan lebih banyak adrenalin dan kortisol, sehingga arteri berkontraksi. Untuk mengurangi efeknya batasi konsumsi kafein agar tidak merangsang kelenjar adrenal melepaskan lebih banyak adrenalin dan kortisol.      

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC
Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
Gunawan (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: penerbit kansius
Indriyani, Widian (2009). Deteksi dini kolestrol, hipertensi, dan stroke. Jakarta : milistone
Junaidi, Iskandar (2010). Hipertensi ( Pengenalan, pencegahan, dan pengobatan). Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Lapau, Buchari (2009). Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Machfoedz, Ircham (2005). Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan. Jakarta : Tramaya
Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC
Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika 
Price, Sylvia A (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Potter,  A Patricia (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 1. Jakarta : EGC
Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan Diabetes. Jogjakarta : Power Books (IHDINA)
Santoso, Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring pena
Setiadi (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha ilmu
Stanly, Micke (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Sudarth dan Brunner (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam jilid 1. Edisi V. 2010. Jakarta : Internal publishing
Sunaryo (2004). Psikologi Keperwatan. Jakarta : EGC


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar